Bupati Kukar Gelar Nobar, Warga Rayakan Kemenangan Timnas U-23
Di tengah malam yang dingin, ribuan warga Kukar berkumpul di Simpang Empat Pendopo Bupati, menyaksikan perjuangan Timnas U-23 melawan Korea Selatan.
Tenggarong, intuisi.co – Malam yang tak terlupakan menyelimuti Tenggarong, Kutai Kartanegara, ketika ribuan warga berkumpul di Simpang Empat Pendopo Bupati. Mata mereka terpaku pada layar besar Videotron, menyaksikan dengan penuh antusias pertandingan sengit antara Tim Nasional Indonesia U-23 melawan Korea Selatan di ajang Piala Asia U-23. Gelaran nonton bareng (nobar) ini bukan sekadar acara biasa—ini adalah manifestasi dari dukungan penuh Bupati Kukar, Edi Damansyah, terhadap perjuangan Garuda Muda di pentas Asia.
Permintaan warganet yang viral di media sosial agar videotron di jantung kota disulap menjadi pusat nobar, segera direspons oleh Edi. Dan hasilnya, kawasan yang biasanya sibuk oleh lalu lintas kini berubah menjadi lautan manusia. Sejak pukul 23.00 WITA, anak-anak, remaja, orang tua, hingga para lansia dari berbagai penjuru Kukar berbondong-bondong datang, menyatu dalam semangat yang sama: mendukung Timnas Indonesia.
Malam itu, Simpang Empat Pendopo Bupati menjadi simbol persatuan. Layar videotron tidak hanya menayangkan pertandingan, tetapi juga mencerminkan harapan dan mimpi jutaan pendukung Timnas di seluruh negeri. Bendera Merah Putih berkibar gagah di antara lautan suporter, mengiringi sorak-sorai dan yel-yel yang menggema di setiap detik menegangkan pertandingan.
Suasana semakin intens ketika pertandingan memasuki babak-babak kritis. Setiap kali Indonesia melancarkan serangan, gelombang emosi dan adrenalin seakan berpindah dari layar ke kerumunan penonton. Tepuk tangan menggema, suara-suara penuh harap memecah keheningan malam. Bagi mereka, pertandingan ini bukan sekadar hiburan larut malam; ini adalah simbol kebanggaan dan cinta tanah air.
Rudi, salah satu suporter yang hadir, menuturkan, “Kami datang malam-malam begini untuk mendukung timnas. Ini bukan sekadar pertandingan, ini adalah soal kebanggaan.” Ucapannya mencerminkan perasaan banyak orang malam itu, di mana sepak bola menjadi lebih dari sekadar olahraga; ia adalah ekspresi jati diri dan persatuan.
Momen puncak terjadi ketika tembakan terakhir Pratama Arhan di babak adu penalti gagal dibendung oleh kiper Korea Selatan, Baek Jong-bum. Euforia meledak. Kemenangan Indonesia dengan skor 11-10 di babak adu penalti, setelah bermain imbang 2-2 hingga babak extra time, disambut dengan gegap gempita. Sorak sorai kemenangan tidak hanya menggema di stadion, tetapi juga di tengah lautan suporter di Tenggarong. Kemenangan ini membawa Indonesia melangkah ke semifinal dan membuka peluang besar menuju Olimpiade Paris 2024.
Seiring fajar mulai menyingsing, kerumunan pun perlahan bubar. Namun, kenangan akan malam penuh semangat ini tak akan pudar begitu saja. Bagi mereka yang hadir, nobar ini menjadi lebih dari sekadar acara. Ini adalah malam di mana persatuan, kebanggaan, dan semangat nasionalisme membara dalam setiap hati yang menyaksikan. Sepak bola, sekali lagi, membuktikan diri sebagai pemersatu bangsa di tengah keragaman. (adv)