Camat Zulkifli: Festival Budaya Nutuk Beham Diharapkan Menjadi Ikon Nasional
Di tengah ancaman globalisasi, Camat Kota Bangun Darat, Zulkifli, berjuang menjaga kelestarian budaya Nutuk Beham agar tetap hidup di Desa Kedang Ipil.
Tenggarong, intuisi.co – Di tengah derasnya arus globalisasi yang melanda masyarakat, Camat Kota Bangun Darat, Zulkifli, merasa cemas. Kekayaan budaya adat lawas Nutuk Beham yang menjadi kebanggaan Desa Kedang Ipil, menurutnya, semakin terancam terkikis oleh modernisasi.
Zulkifli menyampaikan harapannya agar tradisi ini terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. “Saya berharap, budaya Adat Lawas Nutuk Beham di Desa Kedang Ipil tetap terpelihara dan dijaga keberlangsungannya,” ungkap Zulkifli dengan nada penuh kekhawatiran.
Budaya Nutuk Beham, yang telah menjadi tradisi tahunan sejak zaman dahulu, merupakan simbol kekayaan budaya Desa Kedang Ipil. Melalui festival budaya yang digelar setiap tahun, Zulkifli berharap masyarakat luas dapat lebih mengenal dan mengapresiasi warisan budaya yang ada di desa tersebut.
“Melalui pengenalan budaya ini, tidak hanya Desa Kedang Ipil yang akan dikenal, tetapi juga Kecamatan Kota Bangun Darat secara keseluruhan,” tambahnya.
Zulkifli menekankan bahwa mempertahankan tradisi seperti Nutuk Beham tidak hanya sekadar upaya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga menjadikan desa ini sebagai ikon kebudayaan yang khas. “Ke depan, saya berharap Festival Adat Lawas Nutuk Beham tidak hanya diakui di tingkat kecamatan atau kabupaten, tetapi juga bisa menjadi acara budaya tingkat nasional,” ujarnya dengan penuh semangat.
Sebagai mantan Sekretaris Kecamatan Kota Bangun, Zulkifli sangat memahami betapa kentalnya nuansa adat lawas di wilayah yang kini ia pimpin. Kecamatan Kota Bangun Darat yang menjadi ibukota kecamatan ini memang dikenal kaya dengan ragam budayanya, termasuk Belian Namang, Nutuk Beham, dan Muang—semuanya warisan leluhur yang memiliki nilai budaya tinggi.
Desa Kedang Ipil sendiri, menurut Zulkifli, adalah salah satu desa kebanggaan di Kecamatan Kota Bangun Darat. Dengan adanya festival budaya seperti ini, ia yakin bahwa Kecamatan Kota Bangun Darat akan semakin dikenal, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di seluruh Indonesia. “Kebudayaan kita ini harus dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Zulkifli juga memaparkan tentang keanekaragaman Desa Kota Bangun Darat yang terdiri dari 10 desa, dengan tiga di antaranya dihuni oleh masyarakat transmigrasi lokal Kutai dan tujuh desa lainnya oleh transmigran dari Jawa.
“Kecamatan kami baru terbentuk hampir dua tahun, namun pembangunan sudah mulai bergeliat. Bupati Edi Damansyah dan Wakil Bupati Rendi Solihin memberikan perhatian yang lebih di daerah kami,” pungkasnya dengan penuh rasa syukur. (adv)