Bandung, intuisi.co-Sepanjang 2022, bank bjb mencatatkan laba sebelum pajak Rp2,8 Triliun dengan Non Performing Loan (NPL) alias rasio kredit macet yang terjaga Non Performing Loan berhasil terjaga pada level 1.13 persen, dengan coverage ratio pada level 124,3 persen.
Kinerja positif ini sudah diproyeksikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memperkirakan kredit perbankan tahun ini akan tumbuh sebesar 10-12 persen disokong oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7-9 persen pada 2023.
Direktur Utama bank bjb, Yuddy Renaldi, mengatakan capaian gemilang kinerja bisnis bank bjb didorong melalui penguasaan pasar yang kuat sejalan dengan semakin luasnya sektor industri yang pulih dari dampak pandemi. Manajemen senantiasa melakukan efisiensi pengelolaan likuiditas sehingga tekanan terhadap cost of fund dapat lebih terkendali.
“Berbagai terobosan yang kami lakukan merupakan komitmen untuk memperbaiki kualitas dan kinerja di dunia perbankan,” tegas Yuddy.
Yuddy menyampaikan bahwa sepanjang 2022, bank bjb tercatat terus tumbuh secara positif meskipun situasi ekonomi masih berada dalam masa transisi pemulihan pasca pandemi Covid-19. Kinerja solid juga berkat hadirnya berbagai kebijakan positif di sektor keuangan dan perbankan, sehingga dapat membantu terciptanya iklim yang kondusif.
“Dukungan seluruh pemegang saham, khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemegang saham terbesar, membuat kinerja bank bjb terus tumbuh positif sepanjang 2022,” terangnya.
Meski situasi ekonomi pada 2023 ini dinamis, Yuddy tetap optimistis kinerja akan semakin positif karena manajemen telah menyiapkan berbagai strategi bisnis yang sesuai dengan kondisi pasar dan kebutuhan masyarakat. Sesuai permintaan pemegang saham, bank bjb akan selalu gesit untuk beradaptasi.
“Yang sudah bagus kami tingkatkan, yang masih kurang kami perbaiki agar dapat memaksimalkan ekspektasi para stakeholder,” ucap Yuddy.
Kinerja Positif bank bjb Jadi Inspirasi bagi Bank Lain
Dengan kinerja tersebut, tercatat total aset tumbuh 14,5 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp181,2 triliun, laba tercatat sebesar Rp2,85 trilliun tumbuh 9,6 persen yoy sedangkan setelah pajak tercatat sebesar Rp2,24 trilliun tumbuh 11,2 persen yoy. Lebih lanjut Yuddy menjelaskan total aset bank bjb tumbuh positif menjadi yang terbesar di antara Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia.
Selain itu, kredit bank bjb juga terus tumbuh, selama tahun 2022 mencatatkan pertumbuhan kredit pada level 13,1 persen atau tercatat Rp108,3 triliun yang juga tumbuh di atas rata-rata industri perbankan. Pertumbuhan kredit dimotori dari berbagai segmen mulai dari konsumer, korporasi dan komersial, UMKM, serta KPR.
“Fee Based Income bank bjb naik, bersumber dari digital channel yang tumbuh positif. Jumlah Merchant QRIS dan pengguna Mobile Apps terus meningkat,” kata Yuddy. .
Menurut Yuddy, ke depan, pihaknya akan fokus mengembangkan pola banking secara hybrid karena melihat online dan offline menjadi suatu kekuatan yang solid jika dijalankan secara bersamaan. bjb memiliki basis nasabah yang erat budaya nya baik dengan transaksi on counter konvensional maupun nasabah yang menuntut digital experience melalui channel-channel elektronik.
“Jaringan kantor fisik sudah tersebar di 14 provinsi di Indonesia dengan layanan dapat mengakomodasi kebutuhan nasabah seperti UMKM, pensiunan, dan ASN,” tuturnya.
Dia menambahkan, pengembangan infrastruktur dan produk berbasis teknologi yang telah menjadi daya tarik bagi BPD lainnya untuk bersinergi dari sisi penyaluran kredit, penggunaan infrastruktur, pengembangan sumber daya, serta permodalan melalui kepemilikan. bank bjb telah melakukan penjajakan dengan beberapa BPD yang telah sama-sama melihat benefit bagi kedua belah pihak untuk bersinergi dan kolaborasi.
“Kami mengajak BPD lain di Indonesia untuk lebih kuat, besar dan efisien, kami sangat terbuka untuk kolaborasi,” pungkasnya. (*)