Bantuan Pemkab Kukar Kembalikan Semangat Petani Jahe Jonggon Jaya
Petani jahe Desa Jonggon Jaya kembali semangat bercocok tanam setelah mendapat bantuan dari Pemkab Kukar.
Loa Kulu, intuisi.co—Ratusan petani jahe di Desa Jonggon Jaya menggantungkan hidup dari tanaman rimpang ini. Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, dikenal sebagai penghasil jahe terbesar di Kutai Kartanegara. Pada masa panen raya, produksi jahe di desa ini bisa mencapai 15 ton per hari.
Namun, beberapa bulan lalu, para petani jahe di desa ini mengalami krisis. Harga jual jahe yang biasanya mencapai Rp15 ribu per kilogram, tiba-tiba turun drastis hingga Rp5 ribu per kilogram. Akibatnya, para petani merugi dan tidak mampu menutup biaya produksi yang cukup besar.
Situasi akhirnya berubah setelah Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) memberikan bantuan 10 ton bibit jahe putih. Bantuan ini merupakan bagian dari program pengembangan Rumah Produksi Bersama (RPB) Jahe yang akan segera diresmikan di desa ini. RPB Jahe ini nantinya akan menjadi tempat pengolahan dan pemasaran produk-produk olahan jahe, seperti serbuk jahe, minuman jahe, dan permen jahe.
“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah daerah yang telah memberikan bantuan ini. Ini adalah angin segar bagi kami para petani jahe. Kami berharap dengan adanya RPB Jahe ini, produk-produk kami bisa lebih berkualitas dan diminati oleh pasar,” kata Muhammad Kholil, Kepala Desa Jonggon Jaya.
Kholil mengatakan, RPB Jahe ini merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah daerah terhadap nasib para petani jahe di desanya. Ia berharap, dengan adanya RPB Jahe ini, harga jual jahe bisa stabil dan menguntungkan para petani.
“Kami juga berharap pemerintah daerah bisa mengeluarkan regulasi untuk mengatur harga minimum untuk meringankan biaya produksi petani yang cukup besar,” tambahnya.
Namun demikian, para petani jahe di Desa Jonggon Jaya masih menghadapi kendala lain, yaitu kurangnya alat mesin pertanian (alsintan). Mereka masih harus mengandalkan tenaga manusia untuk membajak, membubuhi pupupuk, dan menanam jahe. Hal ini tentu memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.
“Saya telah mengajukan permohonan bantuan berupa mesin traktor dan berharap bantuan ini dapat segera direalisasikan. Dengan adanya mesin traktor, kami bisa lebih cepat dan efisien dalam menanam jahe,” jelas Kholil.
Meski demikian, para petani jahe di Desa Jonggon Jaya tidak patah semangat. Mereka tetap optimis dan berusaha untuk mengembalikan kejayaan jahe mereka. Mereka percaya, dengan kerja keras dan dukungan pemerintah, jahe Desa Jonggon Jaya bisa bersinar kembali. (*)