Batuk Lama Bisa Jadi Tanda TBC, Ini Cara Mencegahnya
TBC bisa menular dan membahayakan nyawa. Batuk lama adalah salah satu gejala awalnya. Simak cara mencegah dan mengobati TBC berikut ini.
Samarinda, intuisi.co – Batuk merupakan gejala umum yang dialami oleh banyak orang. Namun, jika batuk berlangsung lebih dari dua minggu, ada kemungkinan Anda terkena tuberkulosis (TBC). TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa memengaruhi bagian tubuh lainnya.
TBC merupakan penyakit yang memerlukan penanganan serius. Jika tidak diobati, TBC bisa menyebabkan kematian. Selain itu, TBC juga bisa menurunkan produktivitas kerja dan kesejahteraan penderita. Oleh karena itu, penting untuk melakukan diagnosa dini dan pengobatan tepat.
Gejala Awal TBC
Salah satu gejala awal TBC adalah batuk yang berlangsung lama. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim, Setyo Budi Basuki mengatakan, batuk yang lebih dari dua minggu harus diwaspadai.
“Organ yang diserang adalah paru-paru. Maka, gejalanya pasti batuk. Batuknya kalau lebih dari dua minggu, kita harus curiga. Jadi harus diperiksa,” ujar Setyo.
Setyo menambahkan, batuk yang menjadi tanda TBC bisa kering atau berdahak. Batuk ini juga bisa disertai dengan demam, keringat malam, penurunan berat badan, dan sesak napas.
Cara Mencegah TBC
Setyo mengatakan, pencegahan TBC bisa dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, menjaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat. Hal ini penting karena daya tahan tubuh yang baik bisa mengurangi risiko tertular TBC.
“Tapi ketika daya tahan tubuh kita lemah, itu juga sangat berisiko. Maka deteksi itu penting,” tegas Setyo.
Kedua, menghindari kontak langsung dengan penderita TBC yang belum sembuh. Setyo menjelaskan, TBC bisa menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri dari batuk atau bersin penderita.
“Khususnya, keluarga yang memiliki kontak erat, bisa sekali tertular TBC. Maka penting untuk menjaga jarak dan menggunakan masker saat berinteraksi dengan penderita,” kata Setyo.
Ketiga, melakukan vaksinasi BCG pada bayi dan anak-anak. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya bentuk TBC yang parah pada anak-anak, seperti TBC otak dan tulang.
Keempat, melakukan skrining dan pengobatan secara rutin bagi orang-orang yang berisiko tinggi terkena TBC. Misalnya, orang-orang yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes atau HIV/AIDS, atau orang-orang yang bekerja di lingkungan dengan prevalensi TBC tinggi seperti rumah sakit atau penjara.
Pengobatan TBC
Setyo mengingatkan, pengobatan TBC harus dilakukan secara teratur dan tuntas sesuai dengan resep dokter. Pengobatan TBC biasanya menggunakan kombinasi beberapa jenis obat anti-TBC selama enam bulan atau lebih.
“Jangan sampai putus obat atau tidak minum obat sesuai dosis. Hal ini bisa menyebabkan kegagalan pengobatan atau resistensi obat. Jika hal ini terjadi, pengobatan akan menjadi lebih sulit dan mahal,” ucap Setyo.
Setyo juga mengimbau agar penderita TBC tidak malu atau takut untuk mencari bantuan medis. Ia menegaskan, TBC bukanlah penyakit aib atau kutukan. TBC adalah penyakit yang bisa disembuhkan jika ditangani dengan benar.
“Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan. Jangan juga sembunyikan penyakit Anda dari keluarga atau teman. Mereka bisa menjadi dukungan moral dan sosial bagi Anda selama pengobatan,” pungkas Setyo. (DiskesKaltim/Adv/Tya)