Samarinda, intuisi.co – Teror virus corona bisa datang dari mana saja. Bukan hanya oleh carrier, tapi juga melalui udara. Mengacu pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bahkan menyebut jika covid-19 dalam situasi tertentu tahan berjam-jam di udara.
Meski demikian, publik Kalimantan Timur bisa sedikit lebih lega. Situasi ini disebut-sebut tak berlaku di Indonesia. “Negara ini memiliki iklim tropis. Kelembapannya tinggi. Pasti sulit terjadi penularan lewat udara terbuka,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, dr Nataniel Tandirogang, diwawancara Senin malam, 20 Juli 2020.
Kendati begitu, tak menutup kemungkinan penularan dari udara terjadi di ruangan tertutup. Lantaran dibantu pendingin ruangan. Sederhananya, saat orang tanpa gejala (OTG) atau pembawa virus (carrier) bersin dan bantuk, droplet alias percikan dari tubuhnya menyebar kemudian berubah makin kecil menjadi aerosol atau tetesan kecil droplet. Lebih cepat jadi uap daripada jatuh ke lantai. Partikel virus tersebut bisa bertahan lama di udara.
“Tapi jika memerhatikan cuaca lagi, virus ini tidak akan berkembang bagus jika suhu di atas10 derajat celsius,” sebutnya.
Lantas, bagaimana dengan suhu di Kaltim? Berdasarkan prakiraan laman weather.com, rerata suhu di Kaltim pada 20 Juli 2020 dimulai dari 27 derajat celsius ketika pagi hari dan puncaknya mencapai 31 derajat saat siang hari. Itu artinya, suhu di Kaltim jauh di atas temperatur virus berkembang biak. Bahkan bisa tiga kali lipatnya.
“Itu kan pernyataan dari WHO, sampai saat ini belum ada jurnal dari Indonesia terkait penularan virus lewat udara,” terangnya.
Selain suhu tak mendukung penyebaran virus, kata Nataniel, kelembapan juga turut mempengaruhi. Virus ini tidak bisa tumbuh di kelembapan tinggi. Di Kaltim, masih mengacu laman weather.com, saat pagi memiliki kelembapan udara hingga 100 persen. Sedangkan siang hari di antara 60 persen. Adapun covid-19 optimal berkembang di kelembapan 35 persen. (*)