Tenggarong, intuisi.co-Tenggarong Upaya mengubah sampah menjadi sumber ekonomi baru di Kutai Kartanegara (Kukar) semakin menegaskan dirinya sebagai gerakan yang matang dan berkelanjutan. Setelah bertahun-tahun tumbuh melalui inisiatif komunitas di desa-desa, gerakan pegiat daur ulang ini kini memasuki tahap kelembagaan yang lebih kuat. Momentum tersebut ditandai dengan peluncuran resmi oleh Sekretaris Daerah Kukar, Sunggono, dalam Festival Produk Daur Ulang di Taman Tanjong, Tenggarong, Senin (1/12/2025).
Berbeda dengan kegiatan seremonial semata, gerakan ini lahir dari proses pendampingan yang dilakukan secara konsisten selama hampir satu dekade. Ketua panitia, Henny Amiruddin, mengungkapkan bahwa sejak 2023 berbagai pelatihan telah menjangkau sejumlah kecamatan seperti Kota Bangun Darat, Muara Muntai, Kembang Janggut, Muara Wis, hingga Tenggarong dengan total peserta mencapai 1.632 orang. Skala yang semakin besar tersebut menjadi bukti bahwa upaya mendaur ulang bukan lagi sekadar tren, tetapi kebutuhan baru bagi masyarakat desa.
“Antusiasnya luar biasa. Banyak warga desa, sekolah, guru, hingga murid yang ingin bergabung sebagai pegiat daur ulang,” ujar Henny.
Ia menambahkan bahwa dukungan lintas OPD—meliputi Dinas PMD, Disperindag, Disbud, hingga DLHK—membuat gerakan ini semakin kokoh sekaligus mampu bergerak serempak di banyak wilayah. Kolaborasi ini sekaligus memastikan bahwa pelatihan tidak berhenti pada keterampilan dasar, tetapi juga diarahkan pada keberlanjutan usaha dan pemasaran produk.
Di Kecamatan Sebulu, rangkaian pelatihan terbaru digelar di Desa Beloro, Sebulu Modern, Mekar Jaya, hingga Selerong. Puluhan peserta baru belajar membuat aneka produk dari limbah rumah tangga, mulai dari kotak tisu, keranjang multifungsi, hingga pot bunga. Produk-produk tersebut kini mulai dipasarkan sebagai hasil kreatif desa dan menjadi salah satu bentuk ekonomi alternatif di tingkat komunitas.
Henny mengungkapkan bahwa karya-karya para pegiat kini menjadi rujukan sekolah-sekolah di 20 kecamatan. Banyak unit pendidikan yang menunggu suplai bahan daur ulang untuk kebutuhan pembelajaran dan proyek ramah lingkungan. Hal ini memperluas pasar sekaligus meningkatkan kesadaran bahwa produk berbahan limbah dapat bersaing dengan produk pabrikan.
Sekda Kukar Sunggono menilai gerakan ini sangat relevan dengan visi-misi Bupati Kukar, terutama program one village one product (OVOP). Ia menilai bahwa setiap desa memiliki potensi limbah yang berbeda, sehingga produk daur ulang bisa tumbuh sebagai ciri khas ekonomi kreatif lokal. “Ini inovasi dalam penanganan sampah. Para pegiat harus terus bergerak dan bersemangat,” kata Sunggono.
Ia juga menambahkan bahwa gerakan ini berpeluang masuk ke sektor ekonomi yang lebih luas. Tahun depan, Pemkab Kukar akan membangun kandang ayam petelur di 17 kecamatan untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam konteks ini, kebutuhan pakan berbahan maggot dari Black Soldier Fly (BSF) membuka peluang usaha baru bagi para pegiat lingkungan.
“Maggot mudah dibudidayakan dan mampu menguraikan limbah organik. Ini bisa jadi bahan baku pakan ayam dan tentu sangat dibutuhkan,” jelasnya.
Selain mengembangkan produk kreatif, Pemkab Kukar terus mendorong penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) sebagai strategi jangka panjang untuk pengelolaan sampah. Pemerintah berharap gerakan ini tidak hanya menghasilkan produk bernilai ekonomi, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa sampah dapat diolah menjadi material berharga.
“Semoga gerakan pegiat daur ulang ini berkembang menjadi gerakan kolektif seluruh masyarakat Kukar,” tutup Sunggono. (adv/rio)



