Samarinda, intuisi.co-Kualitas pendidikan Samarinda memang perlu eskalasi. Mengingat arus informasi kian ramah dengan siapa saja, karena digitalisasi. Wali Kota Samarinda Andi Harun pun sepakat dengan hal tersebut. Itu sebab seminar pendidikan untuk menyiapkan generasi berkualitas digelar pada Kamis pagi, 2 Desember 2021. Persisnya di ruang rapat utama lantai dua Pemkot Samarinda.
“Ini sudah sesuai dengan program kami ke depan (peningkatan kualitas pendidikan),” ujar Andi Harun usai kegiatan.
Pertemuan ini tak hanya diikuti eksekutif Pemkot Samarinda, tapi juga Dinas Pendidikan dan Esa Cipta Harapan School. Kata dia, dengan adanya seminar pendidikan dan mengundang pihak ketiga sebagai pembanding, tentu bisa menjadi ruang introspeksi bagi dunia edukasi di Kota Tepian. Sebab dunia pendidikan tak mungkin stagnan, pasti terus bergerak ke depan. Terlebih saat ini teknologi kian ramah dengan anak.
“Saya sudah bilang, guru atau tenaga pendidikan harus terlibat dalam peningkatan derajat pendidikan, bukan hanya sekadar tanggung jawab saja. Harus bisa terwujud,” tegasnya.
Untuk urusan dunia edukasi, pemkot tak main-main. Pasalnya sektor ini merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan. Andi Harun menyebut, ada tiga alokasi anggaran diberikan bagi dunia pendidikan Samarinda. Pertama, peningkatan sarana dan pra sarana pendidikan Rp16 miliar, bantuan operasional sekolah Rp37,9 miliar kemudian yang terakhir peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik sebesar Rp88,4 miliar. Dengan demikian total anggaran bidang pendidikan Kota Tepian sebesar Rp142,3 miliar. Nilai yang tak sedikit. Itu sebab Andi berharap ada korelasi positif dengan mutu pendidikan.
“Ternyata kesejahteraan belum terlalu berdampak dengan peningkatan pendidikan, berarti ada hal yang harus dievaluasi, seharusnya belanja ini berimpak kepada mutu pendidikan. Kami juga menunutut sekolah mau introspeksi,” tegasnya.
Peningkatan Kualitas Pendidikan Jadi Target Utama
Setali tiga uang, Helen Rusianto, Finance & HR Director Esa Cipta Harapan School (ECHS) mengatakan, sudah menjadi tugasnya sebagai putri daerah untuk membagun Samarinda lebih baik lagi, terutama urusan pendidikan. Salah satu kontrbusi yang diberikan tak lain adalah mendirikan pusat pendidikan dengan dua kurikulum, yakni K13 dan kurikulum internasional. Kedua perangkat pendidikan ini sama-sama saling bersinergi untuk menciptakan generasi terbaik. Dan terbukti, ECHS ini masuk dalam Jaringan Proyek Sekolah Berasosiasi dengan UNESCO (UNESCO Associated Schools Project Network/ASPnet).
“Ke depan tentu kami ingin berkontribusi, menjadi bagian dari pendidikan Samarinda,” Kata Helen.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda juga menyadari hal tersebut. Kerja sama dengan pihak ketiga demi mendongkrak derajat pendidikan diperlukan. Itu sebab seminar ini digelar. Atensi dengan kegiatan tersebut juga positif. Sebanyak 73 orang mengikuti agenda offline sisanya, 800 orang lewat aplikasi Zoom meeting. Dirinya pun sadar, digitaliasi kian tak terbendung, otomatis globalisasi dalam dunia pendidikan juga demikian.
“Suka tak suka, guru harus meninggalkan cara mendidik klasik. Perlu ada penyesuaian mengingat teknologi makin berkembang,” tutur Asli.
Dia menambahkan, sudah saatnya pendidikan Samarinda berkembang. Dengan demikian anak-anaknya banyak yang ikut ajang nasional dan internasional. Jika begitu, nama Kota Tepian kian semerbak di mata dunia. Lewat seminar ini juga banyak hal baru diterima. Di luar negeri misalnya, sekolah hanya fokus tiga mata pelajaran, matematika, sains dan bahasa asing. Lainnya hanya pelengkap saja.
“Mudah-mudahan arah pendidikan kita makin baik ke depan dan anak-anak tak lagi terbeban dengan banyaknya mata pelajaan. Makin efektif dan efisien,” pungkasnya. (*)