Samarinda, intuisi.co – Angka positif virus corona di Indonesia terus bertambah. Pasien dalam pengawasan (PDP) pun terus menunjukkan diri. Namun dunia medis di Tanah Air belum memiliki kesiapan cukup menangani pandemi tersebut.
Di Tasikmalaya, Jawa Barat, RSUD dr Soekardjo jadi sorotan luas. Pasalnya, petugas medis RSUD tersebut terlihat hanya menggunakan jas hujan saat membawa PDP virus corona ke ambulans. Baju hazmat yang mestinya dikenakan dalam prosedur tersebut, kabarnya tak tersedia cukup.
Situasi yang sama rupanya dialami Kaltim. Terdapat lima rumah sakit rujukan virus corona di provinsi ini. Namun dua di antaranya, rupanya tak memiliki stok baju hazmat cukup. “Sebagian besar yang kurang itu memang baju pelindung diri (hazmat),” terang Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim, Andi Muhammad Ishak, pada Rabu, 11 Maret 2020.
Dua rumah sakit kekurangan APD tersebut adalah RSUD Panglima Sebaya Paser dan RSUD Taman Husada Bontang. Tiga rumah sakit lain yang juga jadi rujukan adalah RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda, dan RSUD Aji Muhammad Parikesit, Tenggarong, Kutai Kartanegara. “Jadi Kaltim punya lima rumah sakit rujukan,” ujarnya.
Wajar Kalau Kurang
Menurut Andi, kekurangan baju hazmat di rumah sakit merupakan hal wajar. Pelindung diri itu normalnya dikenakan sekali. Berbeda dengan kacamata dan sepatu yang dapat digunakan lebih sekali. Maka, bukan hal mengejutkan jika stok baju hazmat begitu terbatas.
Selain baju hazmat, APD yang juga hanya digunakan sekali adalah sarung tangan dan masker. “Bahaya kalau digunakan berkali-kali. Penularan virus bukan lewat udara tapi air liur dan lendir,” tegasnya.
Andi tak merinci stok baju hazmat yang umumnya tersedia di rumah sakit rujukan. Kendati demikian, maksimal APD tersebut dikenakan selama 14 hari. Jika pasien virus corona ditangani enam petugas, sebagaimana diterapkan rumah sakit rujukan umumnya, maka dalam periode tersebut, satu rumah sakit memerlukan setidaknya 84 baju hazmat.
Mengingat rentannya penyebaran virus corona, APD menjadi hal yang teramat penting. Terlebih ketika petugas medis memeriksa kesehatan pasiennya. Paling rawan adalah saat berkomunikasi. Karena virus rentan tertular lewat air liur. (*)