HeadlineKutai KartanegaraPemkab Kukar

Gebyar Maluhu Idamanku, Menggali Sejarah dan Kebudayaan

Festival Gebyar Maluhu Idamanku merayakan HUT ke-53 Kelurahan Maluhu dengan menampilkan berbagai kegiatan sejarah dan kebudayaan.

banner diskominfo kukar

Tenggarong, intuisi.co—Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-53 dengan menggelar festival Gebyar Maluhu Idamanku. Festival ini berlangsung selama tiga hari, dari 21 hingga 23 Mei 2023.

Festival ini menampilkan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat. Ada olahraga tradisional seperti lomba panjat pinang, lomba balap karung, dan lomba tarik tambang. Ada juga penampilan kesenian dan kebudayaan seperti tari-tarian, musik bambu, dan seni ukir kayu. Tak ketinggalan, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga turut memeriahkan festival dengan membuka stan-stan produk lokal.

Salah satu acara puncak festival adalah drama kolosal yang menceritakan sejarah Maluhu. Drama ini diperankan oleh warga Maluhu sendiri, dengan bantuan sutradara dari Sanggar Seni Budaya Kutai Kartanegara. Drama ini mengisahkan awal mula terbentuknya Maluhu sebagai salah satu daerah transmigrasi dari Jawa Timur pada tahun 1970-an.

Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro, mengatakan bahwa festival ini bukan hanya sekadar hiburan semata, melainkan juga sebagai sarana untuk mengangkat dan menggali sejarah dan kebudayaan Maluhu. Ia berharap bahwa festival ini dapat meningkatkan rasa kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap daerahnya.

“Maluhu yang kita lihat sekarang ini tidak tiba-tiba semaju ini. Perlu perjuangan, perlu darah yang menetes, keringat bahkan nyawa yang dikorbankan pada saat itu (transmigrasi),” katanya.

Ia mencontohkan beberapa peristiwa yang dialami oleh para transmigran kloter pertama dan ketiga dari Jawa Timur. Salah satunya adalah meninggalnya salah seorang transmigran dalam perjalanan dari Pulau Jawa ke Kalimantan dan dimakamkan di Balikpapan. Kemudian ada juga insiden kapal yang membawa rombongan transmigran mengalami kebocoran dan harus ditutup dengan beras.

“Kejadian-kejadian ini harus diarahkan dan diajarkan ke anak cucu, bahwasannya Maluhu ini tidak langsung seperti ini. Jadi sejarahnya sangat luar biasa sekali dan menguras tenaga, pikiran, energi maupun nyawa,” ujarnya.

Festival Gebyar Maluhu Idamanku ditutup dengan pagelaran wayang kulit yang dibawakan oleh dalang kondang dari Sragen, Jawa Tengah. Pagelaran wayang ini disaksikan oleh ribuan penonton yang antusias.

Festival ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari Bupati Kutai Kartanegara, Hadi Prabowo. Ia mengatakan bahwa festival ini merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya lokal yang harus terus dikembangkan.

“Kami sangat mendukung festival-festival seperti ini yang dapat memperkenalkan sejarah dan kebudayaan daerah kepada masyarakat luas. Kami berharap festival ini dapat menjadi agenda tahunan yang dapat menarik wisatawan lokal maupun nasional,” katanya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.