Gaya Hidup

Hasil Penelitian, Kebiasaan Posting Junk Food Tularkan Pola Makan Teman di Media Sosial

Memiliki teman-teman pemakan buah dan sayur di media sosial, memberi imbas positif untuk Anda. Hal sama berlaku jika Anda berada di lingkungan media sosial yang tak sehat.

intuisi.co – Bijaklah dalam berteman. Termasuk di media sosial. Berada dalam lingkar pertemanan yang sehat, niscaya dampaknya turut terasa. Termasuk dalam menerapkan pola makan.

Ya, sebuah studi baru-baru ini, menunjukkan betapa pertemanan di media sosial, berperan dalam pilihan makanan seseorang pada keseharian.

Para ilmuan menemukan kecenderungan orang-orang memakan porsi ekstra buah-buahan dan sayur setiap harinya, setelah melihat kebiasaan tersebut dari temannya di media sosial.

Meski demikian, praktik copycat ini tak hanya berlaku dalam kebiasaan yang menyehatkan. Faktanya, konsumsi makanan cepat saji atau junk food juga meningkat karena kecenderungan serupa.
Baca juga:  Safety Riding for Honda Community, Kepedulian Keselamatan di Jalan

Para peneliti mendapati kebiasaan aneh setelah melihat teman-teman di media sosial mengonsumsi makanan tak sehat, seseorang merasa perlu mengonsumsi menu serupa.

Normalnya pola seperti ini bisa dipengaruhi influencer di dunia maya. Namun studi ini mendapati, pengaruh lebih besar justru ditimbulkan rekan-rekan media sosial terdekat.

Bisa Bermanfaat, Bisa Menyesatkan

Maka, bila dimanfaatkan secara tepat, fenomena ini bisa jadi hal positif. Sebagaimana tertuang dalam penelitian Aston University, Birmingham, Inggris. Disebutkan bahwa kecenderungan tersebut dapat diterapkan untuk menghilangkan kebiasaan makan anak yang buruk dengan menggunakan media sosial.

“Studi ini menunjukkan bahwa kita mungkin dipengaruhi lingkungan sosial lebih dari yang kita sadari dalam hal memilih makanan,” sebut pemimpin studi tersebut, Lily Hawkins.

“Maka, kita juga secara tidak sadar turut bertanggung jawab atas perilaku orang hanya karena menentukan menu makanan kita sendiri,” lanjutnya, seperti dilansir dari Daily Mail.

“Jadi, jika kita meyakini teman-teman kita memakan banyak buah dan sayur, kita mungkin akan memakan buah dan sayur juga.”

“Di sisi lain, jika kita merasa mereka senang mengonsumsi banyak snack dan minuman manis, itu bisa memberi kita pengecualian untuk mengonsumsi makanan yang buruk bagi kesehatan kita.”

“Implikasinya adalah, kita dapat menggunakan media sosial sebagai pendorong kepada satu sama lain dalam hal kebiasaan mengonsumsi makanan di lingkungan pertemanan kita. Dan berpotensi digunakan sebagai alat untung kepentingan kesehatan publik.”

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah berjudul Appetite. Peneliti meminta 360 mahasiswa memperkirakan banyaknya buah, sayur, hingga makanan ringan padat kalori maupun minuman manis yang dikonsumsi teman-teman Facebook-nya setiap hari.

Para responden turut diminta menjelaskan kebiasaan makan mereka. Dan dari survei tersebut, didapati mereka yang lingkungan media sosialnya terbiasa mengonsumsi makanan tak sehat, membuat si responden mengonsumsi jenis makanan serupa. Bahkan bisa dalam kuantitas besar.

Sementara responden yang menilai rekan media sosialnya mengonsumsi makanan sehat, turut tertular menerapkan gaya hidup serupa. Mengonsumsi buah dan sayuran dalam intensitas yang baik.

Adapun persepsi tersebut bisa didapatkan setelah melihat unggahan rekannya di media sosial. Berisikan makanan dan minuman yang dikonsumsi secara umum. Meskipun, peneliti tak mendapati dalam studi ini bahwa ada korelasi signifikan antara kebiasaan makan seseorang dengan indeks massa tubuhnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.