Kutai Kartanegara

Haul Tuan Habib Tunggang Parangan, Mengenang Jejak Sejarah Penyebar Islam di Kalimantan Timur

Haul Tuan Habib Tunggang Parangan di Kutai Lama, Kalimantan Timur, untuk mengenang peran ulama Arab dalam penyebaran Islam di Kerajaan Kutai.

DI SEBUAH desa di tepi Sungai Mahakam, ada sebuah makam yang menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di Kalimantan Timur. Makam itu adalah milik Tuan Habib Tunggang Parangan, salah satu tokoh yang berjasa mengislamkan Kerajaan Kutai pada abad ke-16. Setiap tahun, umat Islam dari berbagai daerah berkumpul di desa itu untuk menggelar haul atau peringatan wafatnya Tuan Habib Tunggang Parangan. Haul tahun ini akan berlangsung pada hari Rabu, 4 Oktober 2023, dengan tema “Maknai Jejak Sejarah Syiar Islam di Kalimantan Timur Untuk Mewujudkan Generasi Islami yang Berkepribadian Aktif, Kreatif, Kompetitif, dan Agamis.”

Haul Akbar Tuan Habib Tunggang Parangan Kutailama adalah nama kegiatan yang akan diisi dengan pembacaan maulid, pembacaan manaqib Tuan Habib Tunggang Parangan, tahlil dan ceramah agama. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin silaturahim antar muslimin se-Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kalimantan Timur, untuk dakwah Islam yang menyentuh realitas kehidupan masyarakat, untuk mengingatkan keimanan dan ketaqwaan, dan untuk memperkenalkan Desa Kutai Lama sebagai obyek wisata religi di Provinsi Kalimantan Timur.

Desa Kutai Lama adalah desa yang berada di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara. Desa ini berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Di desa ini terdapat Kompleks Makam Tuan Habib Tunggang Parangan yang menjadi tempat pelaksanaan haul. Makam ini juga menjadi salah satu situs sejarah Kerajaan Kutai yang masih dilestarikan hingga kini.

Tuan Habib Tunggang Parangan adalah seorang ulama yang berasal dari Arab. Ia dikenal juga dengan nama Si Janggut Merah karena memiliki janggut berwarna merah. Ia datang ke Kerajaan Kutai bersama Datuk Ribandang pada masa pemerintahan Raja Aji Mahkota (1525 – 1589). Mereka berdua berhasil membujuk Raja Aji Mahkota untuk memeluk agama Islam. Setelah itu, penyebaran Islam semakin pesat di Kerajaan Kutai dengan bantuan Sultan Aji Dilanggar atau Aji Gendung gelar Meruhum Aji Mandaraya, cucu Raja Aji Mahkota. Salah satu prestasi mereka adalah menaklukkan Kerajaan Hindu Martapura yang dipimpin oleh Aji Ki Jipati Jayaperana gelar Pangeran Sinum Panji Mendapa.

Meskipun ada versi sejarah lain yang menyebutkan bahwa penyebar Islam pertama di Kerajaan Kutai adalah Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Marzak dari Minangkabau, namun peranan Tuan Habib Tunggang Parangan tidak bisa diabaikan. Ia adalah salah satu tokoh yang membawa perubahan besar bagi masyarakat Kutai. Ia juga meninggalkan jejak sejarah yang masih bisa dilihat hingga kini. Haul Tuan Habib Tunggang Parangan adalah salah satu cara untuk mengenang jasa-jasanya dan mengambil hikmah dari perjuangannya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.