Samarinda, intuisi.co – Minyak jelantah kini bukan sekadar sisa-sisa penggorengan di Samarinda. Program pengelolaan diluncurkan Pemkot Samarinda. Membuatnya jadi bernilai dan memberi manfaat bagi daerah.
Program tersebut dikemukakan dengan tajuk Gerakan Jelantah Membangun Samarinda. Disingkat sebagai Jeng Rinda. Minyak jelantah alias penggorengan bekas yang sudah berkali-kali digunakan, di Ibu Kota Kaltim ini bakal dikelola dan diuangkan.
“Gerakan ini tidak boleh disepelekan karena bisa memberikan multiplier effect yang luar biasa bagi kehidupan,” sebut Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi Wongso, dilansir dari rilis resmi Pemkot Samarinda, Jumat, 26 Maret 2021.
Jeng Rinda diinisiasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda. Mengumpulkan minyak jelantah dari usaha rumah makan atau rumah tangga, untuk dijual ke perusahaan pengepul. Hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan maupun lingkungan.
Rusmadi pun mengapresiasi program tersebut. Dari upaya ini, lingkungan Samarinda bisa diselamatkan dari limbah minyak goreng bekas tersebut. Bila dikumpulkan dengan baik, jelantah pun bisa menjelma menjadi komoditas bernilai ekonomi bagi warga.
“Bisa menambah pendapatan bagi masyarakat,” kata Rusmadi.
Di sisi lain, membiarkannya tak terkelola dengan baik, berpotensi menyebabkan pencemaran di Samarinda. Lemak dari limbah tersebut bisa mengakibatkan bahaya di lingkungan sekitar, khususnya terhadap pasokan air bersih.
“Jadi saya minta kepala OPD, PKK, dan Dharma Wanita, bisa menyosialisasikan gerakan ini kepada staf dan kadernya agar mendonasikan minyak jelantah ke DLH. Insya Allah ada nilai ibadah di dalamnya,” sebut mantan dekan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman tersebut.
Target Minyak Jelantah Jadi Biodiesel
Sebagai langkah awal, program tersebut mulai dikampanyekan di lingkungan ASN Pemkot Samarinda. Beriringan dengan sosialisasi secara menyeluruh terhadap warga Ibu Kota Kalim ini. Camat dan lurah hingga ketua rukun tetangga diimbau turut mempromosikan Jeng Rinda.
Jika tak lepas dari rencana, Pemkot Samarinda bakal bekerja sama dengan pihak ketiga dalam menjalankan program ini. Per liter minyak bekas penggorengan tersebut bakal dijual Rp5 ribu.
“Sedangkan untuk PNS karena sifatnya donasi, dana yang dihasilkan untuk pembangunan berwawasan lingkungan. Semoga ke depan kita punya unit pengelolaan limbah minyak jelantah ini agar bisa didaur ulang menjadi biodiesel,” pungkasnya. (*)
View this post on Instagram