HeadlinePemprov Kaltim

Kasus HIV/AIDS di Kaltim Meningkat, Diskes Imbau Masyarakat Berperilaku Sehat

Kasus HIV/AIDS di Indonesia meningkat, termasuk di Kaltim. Dinkes Kaltim mengimbau masyarakat untuk berperilaku sehat dan menjaga spiritual.

Samarinda, intuisi.co – Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Kalimantan Timur (Kaltim), Setyo Budi Basuki, mengimbau masyarakat untuk berperilaku sehat dan menjaga spiritual agar terhindar dari Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Hal ini disampaikan menyusul meningkatnya kasus infeksi HIV di Indonesia, termasuk di Kaltim.

Menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), sepanjang tahun 2022 terdapat 52.955 kasus infeksi HIV di Indonesia. Faktor utama penularan HIV adalah hubungan seksual sesama jenis, hubungan seks bebas, dan alat suntik yang tidak steril.

Setyo mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya pencegahan agar tidak ada lagi kasus HIV/AIDS di Benua Etam. Namun, upaya tersebut tidak bisa dilakukan oleh Diskes sendiri. Pihaknya memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama masyarakat itu sendiri.

“Peran ulama, peran tokoh masyarakat, peran media juga penting agar seseorang terhindar dari HIV/AIDS dan bagaimana kita berperilaku aman,” pintanya.

Setyo menjelaskan, jika seseorang positif mengidap HIV/AIDS, virus tersebut tidak bisa hilang selamanya. Obat yang ada hingga saat ini hanyalah untuk menekan penyebaran virus tersebut ke orang lain.

“Memang tidak ada jaminan orang yang terinfeksi akan sembuh. Tapi, virus itu tertekan di dalam darah, sehingga tidak bisa terdeteksi lagi oleh alat. Tapi dia harus tetap minum obat,” tegasnya.

Obat yang dimaksud adalah obat anti-retroviral (ARV). Obat tersebut akan mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV dan menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi.

Untuk mendapatkan manfaat ARV, pengidap HIV harus mengonsumsi obat tersebut seumur hidup dan secara teratur. Apabila tidak, pertumbuhan virus di tubuh pun tidak terkontrol dan bisa juga muncul resistensi terhadap obat.

Jika pasien membeli obat ARV secara mandiri, diperlukan kantong uang yang tidak sedikit. Di farmasi milik pemerintah, obat ARV jenis TLE dijual sekitar Rp 400 ribuan. (DiskesKaltim/Adv/Tya)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.