HeadlineOlahraga

Ketika Real Valladolid Memainkan Dua Kiper sekaligus di Laga La Liga

Pertanyaan kerap menyertai ketika suatu tim menurunkan dua target man secara bersamaan. Namun bagaimana jika ada tim memainkan dua kiper sekaligus?

intuisi.co – La Liga musim 1986/87, Oscar Wirth yang berposisi kiper, bermain 90 menit penuh sebagai bek tengah untuk Real Valladolid. Chino, sapaannya, berusia 31 tahun pada musim panas 1986 ketika resmi bergabung dengan Valladolid. Sebelumnya, ia telah melalang buana ke empat raksasa Chile, negara asalnya. Yakni Cobreloa, Colo-Colo, Universidad Catolica, dan Universidad de Chile. Belum lagi pengalamannya merumpun di Jerman dan Inggris. Ia juga membela Chile saat Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Meski demikian, Chino mesti menunggu waktu yang lama untuk mencatatkan debut bersama Valladolid. Carlos Fenoy yang telah bertahun-tahun mengisi posisi utama kiper Valladolid, masih menjadi pilihan pertama pada musim tersebut.

Namun demikian, ketika kesempatan untuk tampil datang, Chino dihadapkan dengan opsi yang tak biasa. Alih-alih memerankan statusnya sebagai penjaga gawang, pada putaran ke-35 La Liga musim itu, 12 April 1987, Chino masuk daftar starter Valladolid kala bertandang ke Sevilla.

Kondisi klub sedang tak kondusif jelang pertandingan tandang tersebut. Bek utama Manolo Hierro dan Enrique Moreno keduanya tak dapat dimainkan. Demikian juga bek kiri utama Juan Carlos.

Satu-satunya pemain belakang utama yang tersedia adalah adalah bek kanan Juan Antonio Torrecilla. Sedangkan para bek pelapis adalah bek kiri Javier Sanchez Valles dan bek tengah Pablo Martin Saez.

Celakanya, Martin Saez sebagai satu-satunya bek tengah tersisa, bukanlah opsi yang melegakan. Sampai April 1987, ia baru memainkan total 180 menit pada musim tersebut. Namun yang lebih bikin waswas, adalah mengisi pos bek tengah tersisa. Pelatih Xabier Azkargorta harus berpikir keras melengkapi komposisi back four timnya. Yang mana akhirnya menjatuhkan pilihan kepada kiper keduanya.

Ide tersebut rupanya tak datang begitu saja. Wirth sering memainkan posisi bek tengah sa latihan. Terutama ketika sesi latihan 11 vs 11. Pada saat bermain di Chile, ia juga sempat menjadi bek kanan dan bek tengah hingga usia 15 tahun. Maka opsi tersebut bukanlah sepenuhnya asing untuk Wirth. Yang sama sekali tak terduga, adalah ia mesti kembali memainkan posisi tersebut di pertandingan liga top Eropa.

Sevilla pun bukanlah lawan mudah pada masa itu. Mengantongi keunggulan tiga poin dibanding Valladolid di klasemen sementara. Juga tiga strip lebih tinggi di posisi klasemen. Situasi makin tak bersahabat lantaran status tim tamu di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan.

La Liga musim 1986/87, dibagi menjadi tiga kategori setelah 34 pertandingan. Yakni zona championship, zona degradasi, dan zona tim tengah. Pada 10 pertandingan terakhir, bakal mempertemukan enam tim terbaik dari ketiga zona tersebut.

Valladolid dan Sevilla sama-sama di zona papan tengah.

Valladolid akhirnya keluar sebagai pemenang. Dengan dua kiper bermain bersamaan di lapangan. Mengalahkan Sevilla dengan skor 2-1. Kemenangan away pertama mereka dalam tujuh bulan terakhir. Manolo Pena keluar sebagai dua pencetak gol kemenangan tim tamu. Sedangkan gol tuan rumah disumbang Jose Luis Benitez.

Tak ada nama Wirth di papan skor. Tapi ia menjadi sorotan utama dari kemenangan tersebut.

Wirth bersinar sebagai bek tengah. Dia mengatur garis pertahanan dengan jiwa kepemimpinan dan bakatnya. Dia selalu berada di posisinya meski ia sering berprean sebagai sweeper ketimbang man-marker. Dia juga mendominasi duel udara dan tak membiarkan striker Sevilla Ramon atau Cholo yang belakangan beringas di depan gawang lawan, menampilkan permainan terbaik. Juan Mendez, pewarta El Pais

Dalam laporan El Pais, disebutkan sebagian fans Valladolid bahkan meminta Wirth bermain di posisi tersebut hingga musim berakhir, ketimbang memainkan bek tengah lainnya.

“Setiap pemain profesional, harus bisa bermain di banyak posisi,” sebut Wirth kepada awak media setelah kemenangan di Seville tersebut. “Saya menyadari sulitnya situasi ini bagi pelatih yang akhirnya mengambil risiko. Tapi saya telah mempersiapkan diri. Dan saya pikir saya menjalankan tugas dengan baik.”

Menuai puja-puji dari peformanya sebagai bek tengah, Wirth nyatanya tak lagi dimainkan ke posisi tersebut di La Liga. Meskipun akhirnya mendapat kesempatan menunjukkan kebolehan di bawah mistar gawang. Tampil dalam empat kesempatan dalam dua bulan terakhir kompetisi musim itu. Yakni ketika imbang 1-1 di kandang dari Atletico Madrid, kemenangan 1-0 tandang di Atletico, imbang 1-1 di kandang dan Real Betis, dan kekalahan tandang 4-1 dari Real Murcia.

Pada musim berikutnya, Wirth kembali jarang dapat kesempatan tampil. Baik di bawah mistar gawang maupun sebagai bek. Secara keseluruhan, Wirth tapil enam kali dari 38 pertandingan La Liga yang kembali ke format kandang-tandang musim 1987/88. Mencatatkan dua kemenangan dan empat kekalahan dari penampilannya musim itu. Termasuk kekalahan 2-1 di Santiago Bernabeu pada laga terakhir musim itu.

Wirth kemudian kembali ke Amerika Selatan. Bermain untuk Independiente Medellin di Kolombia. Lalu kembali ke Chile dan membela Universidad Catolica yang ia bawa ke final Copa Libertadores 1993. Sayangnya, dua leg partai puncak tersebut dimenangkan Sao Paulo dengan agregat 5-3.

Oscar Wirth bukanlah kiper dengan catatan karier mentereng dalam perjalanannya sebagai pesepak bola. Setelah mewakili Chile di Piala Dunia 1982, tak sekalipun ia kembali dipanggil untuk turnamen empat tahunan tersebut. Memutuskan gantung sepatu setelah membela Alianza Lima pada 1994. Namun aksinya selama 90 menit sebagai bek tengah untuk Valladolid, akan selalu dikenang publik sepak bola. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.