Kisah Penggali Makam Covid-19 di Samarinda, Satu Lubang Terima Rp500 Ribu
Penggali makam covid-19 di Samarinda ini sudah lebih tujuh bulan bertugas. Siap-sedia kapanpun dibutuhkan. Dengan bayaran Rp500 ribu per lubang.
Samarinda, intuisi.co – Sudah lebih tujuh bulan terakhir virus corona mewabah di Kaltim. Selama itu pula, Senen dan kawan-kawannya menjalani kisah sebagai penggali makam pasien covid-19. Berlokasi di Taman Pemakaman Raudlatul Jannah di Jalan Serayu, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara.
“Rumah saya dengan lokasi makam dekat saja. Alhamdulillah, sampai sekarang kami semua sehat,” sebut Senen mengawali kisahnya kepada intuisi.co, Senin sore, 30 November 2020.
Menurut Senen, menjadi penggali kubur pasien covid-19 bukan lah mudah. Dibanding pemakaman umum, Senen dan kawan-kawan mesti waspada. Jangan sampai justru virus corona ikut menular kepadanya.
Mentalitas dan semangat tinggi juga mesti dikedepankan. Pasalnya, menggali makam pasien covid-19 suka tak kenal waktu. Senen terkadang dibangunkan tengah malam atau dini hari. Dituntut siap sedia bersama delapan penggali makam Raudlatul Jannah lainnya ketika satu nyawa lagi melayang akibat virus corona.
“Kami kerja sama-sama, terkadang kami siapkan enam lubang kubur, tapi yang datang sembilan jenazah,” tuturnya. “Satu lubang kami diberi Rp500 ribu.”
Hingga saat ini, periode terpadat bagi Senen dan kawan-kawan adalah pada Oktober lalu. Saat itu, sempat sepuluh jenazah dalam sehari yang dikuburkan. Tertinggi sepanjang virus corona memawabah di Samarinda.
Suka Duka Penggali Makam Covid-19
Catatan Satgas Penanganan Covid-19, ada 192 kasus kematian virus corona di Samarinda. Selain dimakamkan di Raudlatul Jannah, ada yang dikremasi dan dikebumikan ke tempat lain. Senen dan timnya pun harus selalu siap sedia. Karena pasien meninggal dunia, bisa datang kapan saja. “Ke mana-mana tak bisa. Kita juga gak tahu kapan orang meninggal, jadi tidur tak pernah lelap,” kisahnya.
Setali tiga uang, Suprianto turut merasakan keresahan yang sama. Namun meyakini bahwa yang saat ini dilakukannya adalah tugas mulia. “Kami juga sedih banyak yang meninggal. Kami harap virus ini berakhir,” sebutnya.
Menggali tanah kubur terkadang mudah, tapi juga sukar. Semua bergantung dengan jenis tanah. Jika tanah berbatu prosesnya lebih lama. Lain cerita jika hanya tanah dan pasir, jauh lebih cepat. Tiap kubur punya kedalaman beragam. Dari satu hingga dua meter lebih. Jarak makam satu dengan yang lain itu 60 sentimeter. “Makam punya nama dan nisan, jadi tak mungkin tertukar. Keluarga tak perlu khawatir,” pungkasnya. (*)
View this post on Instagram