DPRD Kaltim

Komisi IV DPRD Kaltim Seriusi Pembelajaran Tatap Muka Mulai Januari 2021

Banner Pariwara DPRD Kaltim

Samarinda, intuisi.co – Komisi IV DPRD Kaltim terus menyeriusi dimulainya pembalajaran tatap muka pada awal 2021. Kebijakan ini dinilai sudah mendesak karena sekolah daring dianggap mulai memberi dampak buruk terhadap anak.

Rencana tersebut kembali ditegaskan dalam rapat kerja Komisi IV DPRD Kaltim pada Kamis, 12 November 2020. Melibatkan Ikatan Dokter Anak Indonesia Kaltim, LSM Penggiat Pendidikan, Forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA/SMK Kaltim, PGRI Kaltim, LPMP Kaltim, dan Forum Guru Honorer Kaltim.

“Ini kelanjutan dari hearing sebelumnya. Kami juga mengundang Satgas Penanganan Covid-19 tapi tak hadir,” sebut Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Rusman Yaqub.

Dalam kesempatan tersebut, Komisi IV meminta masukan terkait rencana dan solusi pelaksanaan pendidikan ke depan. Dalam hal ini, untuk memulai kembali pola pembelajaran tatap muka secara langsung di sekolah, yang nyaris sepanjang tahun ditiadakan karena pandemi covid-19.

Rusman Yaqub menyadari keselamatan anak didik dan pendidik, serta semua pihak terkait dari virus corona, adalah hal utama. Namun, perlu juga dipikirkan konsep pendidikan out of the box sehingga melahirkan terobosan pendidikan pada masa pandemi. “Sudah ada kesepakatan awal, ke depan target kita, paling tidak Januari 2021, ada kombinasi model pembelajaran antara tatap muka langsung dengan masih menggunakan sistem daring dan luring,” ungkap politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut.

Pola kombinasi seperti demikian dinilai Rusman sebagai cara ideal pada situasi seperti sekarang. Pembelajaran secara daring, telah membuat anak makin melek teknologi. Memunculkan kreativitas dan inovasi dengan terbatasnya interaksi. Namun, bukan berarti tanpa kelemahan.

Rusman pun mengungkapkan risiko yang bisa ditanggung anak didik jika terus-terusan belajar secara daring. Salah satunya adalah imun sosial yang terganggu karena lebih akrab dengan gawai ketimbang sebagai satu sekolah. Situasi saat ini, memaksa anak lebih sering berkomunikasi lewat smartphone ketimbang bersosialisasi. “Dalam jangka panjang, ini bisa melahirkan generasi yang tak peka dengan lingkungan sosial. Ini berbahaya,” sebut Rusman.

Di samping itu, pendidik juga bakal kehilangan momentum membangun karakter para peserta didik. Mengandalkan sistem jarak jauh untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dinilai masih sangat lemah. Interaksi antara pengajar dan peserta didik, memiliki ikatan emosional yang tak tergantikan. “Bukan berarti dengan pembelajaran daring tak bisa demikian. Tetap ada. Tetapi sangat berbeda dibanding interaksi secara langsung,” pungkasnya. (*)

 

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.