Konflik Tapal Batas PPU-Paser-Balikpapan, DPRD PPU Serukan Kepentingan Bersama
Di perbatasan PPU, pembangunan terhenti. Warga menanti kepastian tapal batas, sementara DPRD menyerukan persatuan demi keberkahan bersama.
Penajam, intuisi.co – Di sebuah desa di perbatasan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), sebuah papan nama dengan cat yang memudar menjadi saksi bisu ketegangan wilayah. Di belakangnya, kehidupan terus berjalan, tetapi pembangunan terhenti seolah menunggu kepastian tentang di mana garis batas sesungguhnya berada. Bukan hanya soal administrasi, persoalan ini berdampak pada akses jalan, distribusi bantuan, dan perencanaan pembangunan, memengaruhi kesejahteraan ribuan warga.
Anggota DPRD PPU, Syahrudin M Noor, menekankan bahwa persoalan tapal batas wilayah adalah ujian besar untuk semangat persatuan dan kebersamaan di Kalimantan Timur. “Kita ini NKRI, jadi semua harus bisa maju mundur bersama. Yang penting adalah keberkahan ini bukan hanya untuk PPU, tetapi juga untuk Paser dan Balikpapan,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.
Ia mengingatkan bahwa penyelesaian masalah tapal batas tidak hanya menjadi kepentingan satu daerah semata, tetapi melibatkan seluruh wilayah yang berbagi potensi dan tantangan yang sama. Syahrudin menyoroti pentingnya pendekatan yang inklusif dan kolaboratif untuk memastikan solusi yang diterima semua pihak. Menurutnya, keadilan dan transparansi adalah fondasi penting dalam menyelesaikan persoalan ini.
Persoalan tapal batas, lanjut Syahrudin, lebih dari sekadar garis di peta. “Masalah ini berdampak langsung pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Jika dibiarkan, daerah-daerah ini akan terus tertinggal,” katanya. Ia menekankan bahwa keberkahan wilayah hanya dapat diraih jika semua pihak bersedia mengesampingkan kepentingan masing-masing demi manfaat bersama.
Semangat persatuan menjadi kunci dalam mencari jalan keluar. Syahrudin percaya bahwa dengan duduk bersama dan berkomitmen mencari solusi terbaik, keberkahan untuk seluruh Kalimantan Timur dapat terwujud. “Yang kita perjuangkan adalah keberkahan secara umum untuk Kaltim. Itu yang harus kita pegang sama-sama,” tegasnya.
Di akhir wawancara, Syahrudin mengajak semua pihak untuk bersikap terbuka dan menjaga semangat kebersamaan. Bagi dia, persoalan tapal batas bukanlah sekadar tantangan teknis, tetapi panggilan untuk menunjukkan bahwa Kalimantan Timur dapat menjadi teladan dalam membangun kerja sama antardaerah. Dalam kata-katanya yang lugas, “Keberkahan wilayah ini adalah milik kita semua, dan tidak akan maksimal jika kita hanya memikirkan kepentingan masing-masing.”
Pesan Syahrudin menjadi refleksi bahwa di balik konflik, ada peluang untuk menciptakan harmoni yang lebih besar. Kini, harapannya terletak pada langkah nyata semua pihak untuk mewujudkan Kalimantan Timur yang bersatu demi masa depan yang lebih cerah. (adv)