Kukar Bangun Pabrik Minyak Makan Merah, Target Rampung 2029

intuisi

15 Mar 2025 15:49 WITA

Minyak makan merah dari Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut, Kukar. (Kontributor intuisi.co)

Tenggarong, intuisi.co- Kutai Kartanegara (Kukar) bersiap memasuki era baru hilirisasi kelapa sawit dengan pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut. Proyek ini ditargetkan rampung dalam empat tahun ke depan, menjadi langkah besar dalam menciptakan kemandirian pangan dan stabilitas harga minyak bagi masyarakat.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kukar, Sayid Fatullah, menegaskan bahwa pembangunan pabrik ini bukan hanya proyek infrastruktur, tetapi juga strategi besar untuk meningkatkan nilai tambah produk sawit lokal.

“Mudah-mudahan dalam empat tahun, pabrik ini sudah bisa berdiri dan beroperasi,” ujar Sayid pada Senin (10/3/2025).

Namun, ia mengakui bahwa membangun pabrik minyak makan merah bukan perkara mudah. Banyak aspek teknis, regulasi, dan kesiapan infrastruktur yang harus diselesaikan sebelum operasional dapat berjalan optimal.

Minyak makan merah merupakan produk turunan kelapa sawit yang lebih sehat dibanding minyak sawit olahan biasa, karena mengandung vitamin A dan E yang tinggi.

Tidak hanya itu, minyak ini dapat dijual dengan harga lebih terjangkau, sehingga diharapkan dapat membantu menstabilkan harga minyak goreng di dalam negeri.

Sebelum pabrik ini bisa berdiri, ada beberapa tahapan penting yang harus diselesaikan:

  • Pematangan lahan: Lokasi pabrik berada di kawasan rawa yang merupakan hibah dari Pemerintah Desa Kelekat, sehingga membutuhkan proses pemadatan sebelum pembangunan dimulai.
  • Perencanaan teknis dan studi kelayakan: Memastikan desain pabrik sesuai dengan kebutuhan produksi serta kapasitas sawit yang tersedia di Kukar.
  • Proses perizinan dan regulasi: Termasuk sertifikasi produk dan persetujuan dari berbagai pihak, mengingat industri minyak makan merah masih tergolong baru di Indonesia.
  • Pengadaan alat dan mesin produksi: Menyesuaikan dengan standar industri dan memastikan teknologi yang digunakan ramah lingkungan.

Sayid mencontohkan pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut di Muara Badak yang membutuhkan lima tahun sebelum beroperasi. Oleh karena itu, proyek ini tidak bisa terburu-buru.

“Lahan ini merupakan hibah, jadi kita tidak bisa memilih. Yang perlu kita lakukan adalah mematangkannya dulu. Tapi yang jelas, proses hibahnya sudah selesai,” jelasnya.

Keberadaan pabrik minyak makan merah ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, seperti mengurangi ketergantungan pada impor minyak goreng. Sehingga Kukar bisa lebih mandiri dalam pasokan minyak bagi masyarakat.

Kukar Bersiap Jadi Model Hilirisasi Sawit di Kalimantan

Selain itu, hilirisasi industri memungkinkan petani sawit menjual hasil panen dengan harga lebih baik tanpa harus mengirimnya ke luar daerah. Minyak makan merah juga lebih sehat karena tidak melalui proses rafinasi yang menghilangkan nutrisi penting, serta dapat dijual dengan harga lebih terjangkau.

Dari sisi ekonomi, pabrik ini juga berpotensi menambah lapangan kerja bagi masyarakat lokal, mulai dari operasional hingga distribusi.

Sayid juga menambahkan bahwa pabrik ini akan membuka peluang bagi UMKM sektor kuliner dalam mendapatkan bahan baku minyak yang lebih sehat dan murah.

“Ini bukan hanya tentang membangun pabrik, tapi bagaimana kita menciptakan ekosistem industri yang berdampak luas bagi ekonomi daerah,” tambahnya.

Sebagai bagian dari persiapan, Disperindag Kukar akan melakukan studi banding ke Deli Serdang, Sumatera Utara, tempat pabrik minyak makan merah pertama di Indonesia yang diresmikan oleh mantan Presiden Joko Widodo.

Kunjungan ini bertujuan untuk memahami proses produksi dari hulu ke hilir, serta mempelajari berbagai tantangan yang mungkin dihadapi.

“Studi ini penting agar kita bisa mengambil pelajaran dari daerah lain, sehingga saat pabrik di Kukar beroperasi, kita sudah siap dengan sistem yang matang,” jelas Sayid.

Selain studi banding, pemerintah juga akan bekerja sama dengan Lembaga Minyak Makan Merah Indonesia (LMMMI) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) guna mendukung keberlanjutan proyek ini.

Jika semua berjalan sesuai rencana, dalam empat tahun ke depan Kukar akan memiliki pabrik minyak makan merah yang dapat menjadi model bagi daerah lain di Kalimantan. Namun, tantangan terbesar tetap pada bagaimana memastikan proyek ini berjalan sesuai target tanpa kendala administratif, teknis, maupun regulasi.

Sayid menegaskan pentingnya dukungan dari semua pihak, mulai dari pemerintah, petani sawit, hingga masyarakat lokal agar proyek ini bisa sukses dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian Kukar.

“Kami ingin memastikan bahwa ini bukan hanya proyek pemerintah, tetapi juga proyek bersama yang manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Kukar,” pungkasnya.

Dengan target penyelesaian pada tahun 2029, pembangunan pabrik minyak makan merah di Desa Kelekat menjadi tonggak penting dalam mendorong kemandirian industri pangan dan memperkuat ekonomi berbasis hilirisasi sawit di Kutai Kartanegara. (adv/ara)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!