Kukar Pacu Hilirisasi Rumput Laut, Pabrik Pengolahan Mulai Disiapkan

intuisi

27 Nov 2025 12:18 WITA

muara badak
Ilustrasi petani saat membersihkan rumput laut yang dikeringkan (istimewa)

Tenggarong, intuisi.co– Produksi rumput laut di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus menunjukkan geliat positif sepanjang 2024. Komoditas Gracilaria menjadi penopang utama capaian tersebut dengan total produksi mencapai 67.818 ton, jauh melampaui Kotoni yang hanya berada di angka 162 ton pada periode yang sama. Pencapaian ini menegaskan peran tambak-tambak pesisir Kukar sebagai salah satu basis produksi rumput laut terbesar di Kalimantan Timur.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar, Muslik, menyampaikan bahwa dominasi Gracilaria selaras dengan fokus pembangunan sektor perikanan yang ditekankan Bupati Aulia Rahman Basri bersama Wakil Bupati Rendi Solihin. Karakteristik Gracilaria yang lebih adaptif terhadap kondisi tambak membuatnya berkembang lebih cepat dibanding Kotoni yang membutuhkan kualitas perairan lebih jernih dan spesifik.

“Yang paling banyak itu Gracilaria. Karena mudah dibudidayakan di tambak-tambak kita,” ujarnya, Kamis (27/11/2025).

Sebaran pengembangan Gracilaria kini mencakup Samboja, Muara Badak, Anggana, hingga Marangkayu. Sementara itu, Kotoni hanya berkembang di beberapa titik seperti Samboja dan sejumlah wilayah lain yang kualitas perairannya memenuhi standar budidaya. Muslik menjelaskan bahwa pengaruh arus Sungai Mahakam membuat banyak kawasan perairan di Kukar kurang mendukung untuk Kotoni.

Meski demikian, DKP tetap mendorong dua komoditas tersebut sebagai bagian dari penguatan produksi daerah. Rumput laut juga masuk sebagai komoditas prioritas nasional, khususnya untuk kebutuhan ekspor. Sejumlah izin budidaya Kotoni di Samboja pun telah terbit dari kementerian, menjadi langkah awal memperluas diversifikasi komoditas.

Tantangan berikutnya terletak pada peningkatan kualitas. Banyak petambak masih mengandalkan metode tabur tradisional tanpa pengendalian intensif terhadap kualitas air dan benih. Menurut Muslik, aspek tersebut perlu diperbaiki agar nilai tambah rumput laut asal Kukar mampu bersaing lebih kuat di pasar nasional maupun internasional.

“Kita ingin kualitasnya meningkat. Nanti kita lakukan pendampingan dan edukasi lebih intensif,” jelasnya.

Selain mendorong produksi, Kukar mulai memperhatikan hilirisasi. Rumput laut yang selama ini dijual dalam bentuk kering dinilai memiliki potensi nilai tambah besar jika diolah menjadi produk turunan seperti agar, tepung rumput laut, hingga lembaran rumput laut untuk industri makanan dan farmasi.

“Hilirisasi itu nilai tambah. Tidak hanya dijual begitu saja,” kata Muslik.

Rencana pembangunan pabrik pengolahan rumput laut di Kukar pun tengah disiapkan. Meski belum beroperasi, fasilitas tersebut diyakini akan meningkatkan serapan hasil panen lokal sekaligus menjaga stabilitas harga bagi pembudidaya. Muslik berharap pabrik itu dapat segera berjalan sehingga Kukar tidak lagi terlalu mengandalkan pasar luar daerah.

Ia menambahkan bahwa kebutuhan rumput laut, baik nasional maupun ekspor, masih sangat besar. Dengan peningkatan kualitas dan tata kelola rantai pasok yang lebih baik, Kukar berpeluang memperkuat posisinya sebagai salah satu sentra produksi rumput laut unggulan di Kalimantan Timur.

“Produksi kita sudah besar. Tinggal kualitas dan hilirisasinya saja yang perlu dikuatkan. Kami terus mendorong agar pembudidaya mendapat harga terbaik,” pungkasnya. (adv/rio)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!