Kukar Raih Peringkat Satu Penanganan Stunting di Kaltim
Di balik penghargaan bergengsi yang diraih Kukar atas keberhasilan menekan stunting, ada cerita panjang kolaborasi lintas sektor yang inspiratif.
Tenggarong, intuisi.co – Hamparan luas Kutai Kartanegara (Kukar) kini menjadi saksi perubahan besar yang tidak hanya membanggakan daerah, tetapi juga memberikan inspirasi bagi seluruh Indonesia. Kukar kembali menorehkan prestasi gemilang dengan menyabet peringkat pertama dalam Penilaian Kinerja Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Penghargaan tersebut diserahkan pada Selasa (19/11/2024) di Ruang Odah Etam, Kantor Gubernur Kaltim, Samarinda. Mewakili Pemerintah Kabupaten Kukar, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Kabupaten Kukar, Ahyani Fadianur Diani, menerima penghargaan yang menjadi simbol kerja keras lintas sektor.
Di tengah atmosfer penghargaan itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, mengungkapkan rasa kagumnya terhadap keberhasilan Kukar. Ia menyoroti bagaimana kolaborasi yang solid telah menjadi kunci utama keberhasilan program konvergensi ini.
“Kukar berhasil menjawab tantangan besar dalam penanganan stunting, terutama soal sanitasi buruk dan akses pangan bergizi. Ini adalah contoh nyata bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat memberikan dampak signifikan,” ujar Sri Wahyuni.
Kesempatan itu juga menjadi ajang komitmen bersama untuk menghentikan praktik buang air besar sembarangan (BABS). Melalui penandatanganan Komitmen Stop BABS oleh seluruh kabupaten/kota di Kaltim, Sri Wahyuni menegaskan target ambisius pada 2030: menciptakan Kaltim yang sehat dan bebas stunting.
Namun, kisah sukses Kukar tidak dibangun dalam semalam. Ahyani Fadianur Diani menjelaskan bahwa penghargaan ini adalah buah dari sinergi berbagai pihak. Pemerintah daerah, masyarakat, hingga sektor swasta bekerja bahu-membahu menciptakan solusi berkelanjutan.
“Ini adalah hasil kerja keras kita bersama. Dukungan dari dunia usaha melalui program CSR mereka sangat membantu, terutama dalam mempercepat implementasi program di desa-desa prioritas,” ungkap Ahyani.
Ia menggambarkan bagaimana alokasi anggaran yang tepat sasaran dan program berbasis data telah mengubah wajah desa-desa dengan angka stunting tinggi. Kukar, katanya, tidak hanya merancang program sementara, tetapi membangun sistem yang berkelanjutan.
“Kami memulai dari pemetaan wilayah prioritas. Dari sana, kami menguatkan layanan kesehatan ibu dan anak, meningkatkan akses pangan bergizi, memperbaiki sanitasi, dan memberikan edukasi kepada masyarakat,” jelas Ahyani.
Langkah tersebut juga melibatkan tokoh masyarakat dan pemimpin lokal untuk menyampaikan pentingnya pola hidup sehat. Edukasi menjadi ujung tombak untuk menciptakan kesadaran kolektif di tengah masyarakat.
Selain itu, Kukar berkolaborasi dengan organisasi non-pemerintah untuk melatih kader kesehatan desa, memastikan data akurat, dan melibatkan masyarakat aktif dalam program.
Penghargaan ini, menurut Ahyani, bukanlah akhir dari perjalanan. Kukar memiliki target yang lebih besar: menjadi kabupaten bebas stunting pada 2030.
“Ini adalah investasi jangka panjang. Kita tidak hanya ingin menurunkan angka stunting, tetapi memastikan generasi masa depan Kukar tumbuh sehat, cerdas, dan produktif,” tegasnya.
Perjalanan Kukar dalam menangani stunting kini menjadi teladan bagi daerah lain, tidak hanya di Kaltim, tetapi juga di tingkat nasional. Dengan kerja keras yang tak kenal lelah, Kukar membuktikan bahwa tantangan besar bisa diubah menjadi pencapaian luar biasa.
Keberhasilan ini adalah bukti nyata bahwa sinergi dan kolaborasi lintas sektor dapat menciptakan perubahan. Kukar, hari ini, berdiri sebagai inspirasi bagi seluruh negeri untuk terus melangkah menuju Indonesia yang bebas stunting. (adv)