Loa Kulu Catatkan Nol Stunting, Bukti Keberhasilan Program Gizi Terpadu

intuisi

4 Des 2024 02:21 WITA

Bupati Kukar, Edi Damansyah, memberikan makanan bergizi kepada balita dalam kegiatan PMB di Kecamatan Loa Kulu. (kontributor intuisi.co)

BANNER KUKAR 14

Tenggarong, intuisi.co – Seorang balita di Loa Kulu kini bisa bermain ceria tanpa gangguan akibat kurang gizi, simbol dari keberhasilan sebuah kecamatan kecil di Kutai Kartanegara yang mencatatkan sejarah: nol kasus stunting. Sebuah pencapaian luar biasa di tengah fakta bahwa secara nasional, 21,6% anak Indonesia masih berjuang melawan masalah yang sama.

Pemerintah Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar), berhasil mencapai tonggak penting dalam perjuangan melawan stunting. Berkat program Pemberian Makanan Bergizi (PMB) tambahan yang dimulai pada Juni 2024, angka stunting di kecamatan ini resmi turun menjadi nol, sebuah prestasi yang menginspirasi daerah lain.

Camat Loa Kulu, Ardiansyah, membeberkan bahwa keberhasilan ini tidak datang dengan mudah. “Kami memulai dengan melibatkan banyak pihak: pemerintah kecamatan, puskesmas, posyandu, hingga dunia usaha melalui inisiatif Rumah Bahagia,” ujarnya pada Rabu (4/12/2024). Rumah Bahagia memainkan peran vital dengan menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak dan ibu hamil berisiko gizi buruk.

Namun, langkah ini bukan hanya soal membagikan makanan. Ardiansyah menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat. “Kami ingin orang tua memahami pentingnya pola makan sehat, sanitasi yang baik, dan pemantauan kesehatan,” lanjutnya.

Pendekatan lintas sektor ini akhirnya membuahkan hasil. Data Dinas Kesehatan Kukar menunjukkan bahwa Loa Kulu kini mencatatkan nol kasus stunting—sebuah prestasi langka yang menuai pujian dari berbagai pihak.

Edukasi kader posyandu, pengembangan kebun gizi desa, hingga pemantauan rutin kesehatan ibu hamil dan balita menjadi bagian integral dari strategi Loa Kulu. Selain itu, program pelatihan gizi memberikan alat bagi masyarakat untuk menjadi lebih mandiri dalam memerangi stunting.

Keberhasilan ini juga tidak lepas dari kesadaran masyarakat yang semakin meningkat. Para ibu di Loa Kulu aktif memanfaatkan layanan posyandu dan mengikuti program edukasi. “Ini hasil kerja keras kita semua,” ungkap Ardiansyah. “Semangat masyarakat di sini sangat luar biasa, dan itu kunci utama keberhasilan kami.”

Prestasi Loa Kulu adalah bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor dapat membawa perubahan besar. Dalam catatan Camat Ardiansyah, ini bukan akhir perjuangan, melainkan awal dari upaya untuk memastikan keberlanjutan. “Kami ingin Loa Kulu menjadi model bagi kecamatan lain di Kukar,” tegasnya.

Keberhasilan ini menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil yang diambil dengan strategi tepat dan semangat kebersamaan dapat memberikan dampak besar. Kutai Kartanegara kini menatap masa depan dengan optimisme, bertekad menjadi pelopor dalam memerangi stunting di Indonesia.

Dengan kisah inspiratif dari Loa Kulu, perjuangan melawan stunting di Kukar menjadi lebih dari sekadar angka. Ini adalah cerita tentang harapan, kerja keras, dan cita-cita besar untuk generasi yang lebih sehat dan kuat. (adv)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!