Mendongkrak Potensi Pertanian di Mangkurawang Darat
Koperasi Kelapa Sawit Belayan Sejahtera di Desa Muai, Kecamatan Kembang Janggut memberikan kontribusi signifikan lewat setoran paja
Tenggarong, intuisi.co– Mangkurawang Darat kini resmi terbentuk setelah pemisahan lima RT—dari RT 13 hingga RT 17—dari Kelurahan Mangkurawang. Meskipun telah mendapat status desa, perjalanan menuju kemandirian administratif masih terjalin dengan tantangan besar yang harus dihadapi.
Secara geografis, desa ini terletak di antara dua desa tetangga, Rapak Lambur dan Bendang Raya, yang memiliki potensi strategis namun juga berisiko menimbulkan sengketa wilayah. Proses penetapan tapal batas yang tepat menjadi prioritas utama bagi pemerintah desa untuk menghindari potensi konflik yang bisa menghambat kemajuan desa.
Menurut Lurah Mangkurawang, Ardiansyah, pembentukan desa ini adalah aspirasi masyarakat yang telah lama mendambakan kemandirian administratif. “Masyarakat di sini sudah sejak lama menginginkan agar wilayah ini bisa mandiri. Ada lima RT yang berpisah dari Mangkurawang, dan mereka memiliki potensi besar, terutama di sektor pertanian,” ujarnya, Kamis (21/11/2024).
Desa ini memiliki lahan pertanian subur yang menjadi mata pencaharian utama bagi warganya. Padi, jagung, serta komoditas perkebunan lainnya tumbuh subur di sini. Dengan status desa, warga berharap agar pengelolaan potensi pertanian ini bisa lebih optimal, terutama dengan dukungan dana desa yang diharapkan datang setelah Mangkurawang Darat resmi menjadi desa mandiri.
Namun, harapan ini diiringi dengan kebutuhan mendesak akan pembangunan infrastruktur yang mendukung, seperti jalan desa, irigasi, dan sarana pendidikan yang masih minim. Tanpa infrastruktur yang memadai, potensi pertanian yang besar ini akan sulit berkembang lebih lanjut. Warga, seperti Rudi, seorang petani lokal, berharap bahwa dengan adanya pemekaran desa, pembangunan dapat lebih terfokus dan tepat sasaran.
“Kami berharap infrastruktur bisa lebih baik dan lebih fokus, dan dana desa bisa lebih maksimal dalam mengelola potensi pertanian,” katanya.
Meskipun antusiasme tinggi, Mangkurawang Darat harus menghadapi sejumlah tantangan besar dalam administrasi. Salah satunya adalah penetapan batas wilayah yang jelas dengan desa tetangga. Proses ini menjadi sangat krusial mengingat masalah batas wilayah sering kali menjadi sumber sengketa yang dapat menghambat pembagian wilayah dan pengelolaan sumber daya alam.
Ardiansyah mengungkapkan bahwa pemerintah desa tengah bekerja keras bersama Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) dan tim teknis untuk memastikan koordinat tapal batas ditetapkan secara sah. “Proses penetapan tapal batas adalah langkah yang harus kami selesaikan. Kami berkoordinasi dengan DPMD dan tim teknis untuk memastikan bahwa koordinat batas desa ini jelas dan sah secara hukum,” tegasnya.
Pembentukan Mangkurawang Darat tidak hanya bergantung pada dukungan infrastruktur, namun juga pada keberhasilan proses administratif yang sedang berjalan. Pemerintah daerah diharapkan memberikan perhatian lebih pada kelancaran proses administrasi ini agar Mangkurawang Darat bisa segera berfungsi penuh sebagai desa mandiri.
Dengan begitu, masyarakat dapat mengakses program-program pembangunan yang lebih optimal dan mempercepat peningkatan kualitas hidup mereka. Namun, yang terpenting, potensi sektor pertanian yang telah ada harus dikelola dengan bijak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ardiansyah mengungkapkan optimisme yang besar tentang masa depan desa ini, “Dengan adanya Mangkurawang Darat sebagai desa mandiri, kami yakin potensi di bidang pertanian dan sektor lainnya bisa berkembang lebih pesat.”
Pemekaran desa ini akan menjadi pintu gerbang bagi percepatan pembangunan dan pemanfaatan potensi lokal secara lebih optimal, membuka lembaran baru yang lebih baik bagi masyarakat setempat.
Namun, keberhasilan ini hanya akan tercapai jika tantangan administratif yang ada dapat diselesaikan dengan segera dan pembangunan infrastruktur berjalan sesuai kebutuhan. (adv)