Samarinda, intuisi.co – Pandemi covid-19 benar-benar memicu multiplier effect bagi Kalimantan Timur. Kinerja investasi provinsi ini pada triwulan pertama 2020 mengalami kontraksi 49,8 persen dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy).
Pada 2019, kinerja investasi di Bumi Etam mencapai Rp35,62 triliun. Dengan kondisi saat ini pada 2020, kemungkinan hanya terealisasi Rp4,64 triliun. “Sebagian besar para pemegang modal memang menahan diri berinvestasi,” ujar Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltim, Muhammad Sabani, saat dikonfirmasi Jumat sore, 21 Agustus 2020.
Pendataan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim, pertambangan masih mendominasi penanaman modal asing (PMA) di Kaltim. Pada triwulan pertama tahun ini, sub sektor ekstrasksi tersebut mendapatkan tambahan investasi Rp575,58 miliar. Disusul industri mineral nonlogam senilai Rp231,56 miliar. Terakhir, tanaman pangan dan perkebunan sebesar Rp75,48 miliar.
“Realisasi investasi berdasarkan lokasi masih didominasi Kutai Timur sebesar Rp403,3 miliar. Disusul Kutai Kartanegara (Kukar) Rp261,60 miliar, dan Paser Rp165,26 miliar,” lanjut Sabani.
Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) dikuasai sektor tanaman pangan dan perkebunan. Dengan capaian Rp2,17 triliun. Kemudian pertambangan Rp957,11 miliar dan terakhir industri makanan Rp379,00 miliar. Dengan lokasi investasi dipegang Berau sebesar Rp1,89 triliun, Kutai Barat (Kubar) Rp720,10 miliar, dan Kukar Rp360,60 miliar.
“Antara PMDN dan PMA memang mengalami penurunan drastis. Walaupun tetap ada investasi yang dilakukan di sektor pertambangan, industri, serta UMKM. Tapi tidak begitu tinggi dibandingkan tahun lalu,” terangnya.
Penurunan investasi dari sektor ekstraksi bisa jadi masalah serius. Hingga saat ini bisnis pertambangan berkontribusi 44,18 persen terhadap perekonomian Kaltim. Maka, jika lapangan usaha pertambangan terganggu, Kaltim harus bersiap.
“Permintaan pasar dunia (untuk sektor pertambangan) juga mengalami penurunan. Mudah-mudahan jika IKN berlanjut, industri pengolahan kayu bisa bangkit lagi bagi PMDN dan PMA. Pun demikian sektor perikanan untuk menghasilkan olahan baru,” pungkasnya. (*)