Padahal Bawa Untung, Sektor Pertanian Kukar Jarang Dilirik Milenial
Tanpa ada jerih payah petani, tak akan ada nasi gurih di meja makan. Di Kukar, kelangsungan sektor pertanian ke depan terancam minim tenaga.
Tenggarong, intuisi.co–Tahun bersalin dekade, jumlah petani Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) kian tergerus. Regenerasi dan usia menjadi kendala serius. Akibatnya, para petani renta jarang punya penerus. Maklum pekerjaan di sektor pertanian kurang diminati milenial. Padahal dengan adanya regenerasi, ketersediaan pangan bisa terjaga. Bayangkan saja bila tak ada petani. Urusan pangan bisa terancam.
Menukil data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, di Kukar sepanjang 2020 ada 68.384 petani. Dari jumlah tersebut, rerata umur petani di kabupaten ini beragam. Detailnya begini, terbanyak berasal dari usia 45-54 tahun, kelompok tersebut menyumbang 30,2 persen dari total petani atau 20.650 orang. Selanjutnya 19.879 orang atau 29 persen berasal dari usia 35-44, disusul usia 55-64 tahun dengan 18,6 persen atau 12.736 jiwa. Sementara itu, umur 25-34 tahun hanya menyumbang 8.158 petani atau 11,9 persen. Ada juga petani lebih dari 65 tahun sebanyak 9 persen atau 6.432 jiwa.
Seiring waktu angka tersebut tentu akan berubah. Tak selamanya petani tua kuat berladang. Dan yang patut diperhatkan adalah petani Kukar yang berusia di bawah 25 tahun hanya ada 529 orang atau 0,77 persen. Dari data-data tersebut, yang patut menjadi perhatian adalah usia di 25 tahun ke bawah. Jika totalnya tak ada penambahan maka petani di Kukar bakal selalu didominasi oleh kelompok usia tua.
Potensi Besar Lahan Pertanian Di Kukar
Pemkab Kukar bukannya berpangku tangan, sosialisasi sudah dilakukan. Hanya saja petani memang kurang diminati. Dari sekian petani milenial di Kukar, nama Hamzah Al Fauzi sering disebut. Pemuda 25 tahun ini adalah ketua Kelompok Pemuda Tani Milenial Muara Jawa. Sejak awal, dirinya memang mendedikasikan dirinya di sektor pertanian. Dimulai dari 7 tahun lalu sejak lulus SMA. Dia tak punya mentor, semua ilmu didapat dengan otodidak.
“Setelah lulus SMA saya langsung coba bertani. Selama itu, banyak pengalaman yang diambil. Hasilnya juga menguntungkan,” ujarnya kepada intuisi.co pada Senin, 17 Agustus 2021.
Jerih payah yang dibangun pun berbuah manis. Kelompok tani Hamzah sudah bekerja sama dengan Badan pengelola Pertanian (BPP) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kaltim. Sekali panen, mereka bisa mengumpulkan keuntungan hingga puluhan juta.
“Alhamdulillah, sangat cukup menunjang kehidupan keluarga,” akunya.
Fakta tersebut juga diamini oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, Sutikno. Pasalnya, daerah ini punya potensi luar biasa untuk urusan pertanian. Lahannya tersedia luas. Tak hanya itu, dari data BPS Kaltim, kabupaten tersebut juga berada di urutan pertama untuk produksi pangan. Dalam setahun ada 119.318,9 ton diproduksi, kedua berasal dari Penajam Paser Utara (PPU) 46.497,8 ton kemudian disusul Paser 44.909,1 ton. Dengan statistik tersebut, Kukar memang didorong menjadi lumbung pangan, seiring dengan agenda pemerintah, yakni food estate.
“Makanya kami berharap petani-petani muda segera mengangambil sikap (dengan potensi pertanian di Kukar),” katanya.
Petani Milenial
Ragam cara dilakukan agar milenial di Kukar tertarik ikut berlandang di sawah. Sebab, Sutikno mengaku dalam setahun ini Distanak punya misi membentuk kelompok tani muda di setiap desa. Biasanya satu perkumpulan tersebut terdiri dari 30 orang. Dari catatan Distanak Kukar, ada 2.400 kelompok tani dan 172 kelompok wanita tani di 18 kecamatan atau 193 desa dan 44 kelurahan di Kukar. Sebagian besar, usia petani memang sudah tua. Dari 45-65 tahun, itu sebab regenarasi sangat diperlukan.
“Khusus untuk petani milenial sudah terbentuk di 193 desa, totalnya ada 38 kelompokl tani. Paling berhasil itu dari Muara Jawa. Bahkan sudah ada yang membeli mobil,” jelasnya.
Lebih lanjut dia menerangkan, kemampuan Kukar dalam memproduksi padi itu nyata. Dan yang berbicara adalah angka. Dalam setahun saja ratusan ribu ton bisa dihasilkan. Sayangnya, kapabilitas tersebut kurang didukung oleh pembeli. Dan terkadang kabupaten ini surplus pangan. Kehadiran pembeli sangat diharapkan.
“Kami harap produksi pangan juga gak berkurang, apalagi ini mau dekat dengan pemindagan IKN,” tegasnya.
Terpisah, Bupati Kukar Edy berharap senada. Milenial di Kukar bisa mengambil peran dalam urusan pertanian. Sebab, potensinya terbuka lebar. Tak hanya dari keuntungan tapi juga lahan penunjang. Mereka adalah garda terdepan, sebab saat ini rumah tangga petani menurun 13 persen. Hal tersebut dikarenakan usia petani produktif tak lagi muda. Sehingga jawaban dari persoalan ini adalah regenerasi. Meski demikian, daya Tarik sektor pertania tak begitu indah di mata generasi penerus.
“Pertanian masih identik dengan basah-basah, lumpur-lumpur. Padahal sebaliknya, sektor ini justru dekat dengan teknologi. Di Muara Jawa sudah ada contoh nyata sukses petani milenial. Dan kami harap yang lain bisa mengikuti,” pungkasnya. (*)