Tenggarong, intuisi.co- Langkah konkret untuk mengatasi kelangkaan elpiji 3 kilogram (Kg) di kawasan pedesaan kembali dilakukan. Desa Muara Muntai Ilir, Kecamatan Muara Muntai, mendapatkan distribusi elpiji bersubsidi lewat program pasar murah yang digagas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutai Kartanegara (Kukar).
“Distribusi tersebut diprioritaskan bagi warga dari kalangan prasejahtera dan menengah ke bawah,” ujar Husain Kepala Desa Muara Muntai Ilir. Sebanyak 40 tabung elpiji disalurkan langsung kepada warga penerima manfaat. Mereka yang menerima bantuan telah melalui proses pendataan dan verifikasi agar tepat sasaran.
“Penyaluran ini tidak diperuntukkan bagi pengecer maupun warga yang tergolong mampu. Kami benar-benar selektif agar bantuan ini tepat sasaran dan tidak dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi,” ujarnya.
Persoalan kelangkaan elpiji sudah lama menjadi keresahan warga. Ketika pasokan tersendat, harga tabung elpiji bisa meroket drastis, bahkan mencapai Rp50 ribu hingga Rp60 ribu. Situasi ini menyulitkan masyarakat yang mengandalkan elpiji untuk kebutuhan harian.
“Dalam kondisi normal saja harga elpiji bisa membebani, apalagi kalau langka. Makanya kami sangat mengapresiasi program pasar murah dari Disperindag ini. Warga bisa beli dengan harga terjangkau dan itu sangat berarti,” lanjut Husain.
Untuk mengantisipasi kebutuhan jangka panjang, pihak desa telah mengusulkan penambahan kuota elpiji kepada Disperindag. Upaya lainnya adalah menjalin kerja sama langsung dengan agen elpiji melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Lewat kolaborasi ini, desa berharap bisa membangun sistem distribusi yang stabil dan mandiri tanpa harus bergantung pada perantara yang sering kali menaikkan harga.
“Kami ingin desa tidak hanya jadi penerima bantuan, tapi juga punya sistem distribusi sendiri lewat BUMDes. Jika ini berhasil, bukan hanya harga yang stabil, tetapi juga memberi keuntungan ekonomi untuk desa,” jelas Husain.
Program pasar murah elpiji menjadi bagian dari strategi lebih luas Disperindag Kukar untuk menjaga keterjangkauan kebutuhan pokok masyarakat, terutama di wilayah pelosok.
Selain elpiji, program serupa juga dirancang untuk mencakup komoditas lain seperti beras, minyak goreng, dan bahan pangan penting lainnya menjelang hari besar keagamaan.
Respons positif datang dari warga yang merasakan langsung manfaat program ini. Sulastri, salah satu penerima, mengungkapkan rasa syukurnya.
“Biasanya susah cari tabung, kalau pun ada mahal. Sekarang kami bisa masak tanpa khawatir kehabisan gas. Harapan kami ini bisa rutin,” katanya.
Sinergi antara pemerintah desa, Disperindag, dan masyarakat membuka jalan bagi terciptanya ketahanan energi skala desa. Inisiatif ini tak hanya mengurai masalah jangka pendek, tetapi juga menyusun pondasi bagi solusi jangka panjang yang berkelanjutan. (adv/ara)