Samarinda, intuisi.co – Fenomena La Nina sudah mulai terjadi di Indonesia sejak awal Oktober 2020. Samarinda termasuk daerah yang turun merasakan. Namun curah hujan tinggi yang umumnya disebabkan fenomena ini, belum begitu muncul karena siklon tropis melanda Filipina. Puncak La Nina di Samarinda diprediksi terjadi Desember mendatang.
“Untuk kondisi sekarang memang terjadi pergeseran anomali La Nina yang berkembang dari lemah ke moderat,” sebut Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda Faizal Wempy, dikonfirmasi Kamis siang, 12 November 2020.
La Nina memang fenomena yang harus diwaspadai. Fenomena alam tersebut berisiko memicu banjir dan tanah longsor karena curah hujan meningkat. Saat ini masih tak begitu terasa karena La Nina belum begitu memengaruhi pembentukan awan di Kaltim secara umum.
“Potensinya genangan (banjir) di Samarinda itu ada. Apalagi curah hujannya deras, jadi kami imbau warga tetap waspada. Hingga saat ini kami masih mengumpulkan data,” ungkapnya.
Bersiap Puncak La Nina
Kaltim secara keseluruhan saat ini sudah masuk musim penghujan dari pekan pertama November lalu. Namun jika sampai saat ini curah hujan belum begitu signifikan, disebabkan oleh pengaruh siklon tropis yang melanda Filipina beberapa waktu lalu. “Sehingga pembentukan awan oleh La Nina tak banyak terjadi. Makanya jarang hujan dan cerah-cerah saja,” sebutnya.
Puncak dari fenomena La Nina diperkirakan terjadi Desember 2020 hingga Februari 2021 mendatang. Ketika itu terjadi curah hujan bakal meningkat. Dan saat itu berlangsung maka khusus warga Kota Tepian harus bersiaga. Baru pada Maret 2021 intensitas hujan mulai berkurang. “Berakhirnya nanti menjelang Agustus 2021,” pungkasnya. (*)