Jakarta, intuisi.co – Pemerintah Indonesia mempercepat ambisi transisi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan. Presiden Prabowo Subianto menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional bisa mencapai 100 persen pada tahun 2035, lebih cepat dari target sebelumnya yaitu 2040.
“Targetnya, tentu saja, adalah 2040, tetapi para ahli saya mengatakan bahwa kami bisa mencapainya jauh lebih cepat,” kata Prabowo dalam konferensi pers bersama Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, di Brasilia seperti dikutip dari Bloomberg.
Pernyataan itu diamini oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Ia menyebut, Indonesia berencana menambah kapasitas energi hingga 100 gigawatt sampai 2040. “Tapi sekarang kan sudah sekitar 70 gigawatt di 2025 sampai dengan 2034,” kata Bahlil saat ditemui di DPR, Jakarta belum lama ini.
Salah satu strategi percepatan, menurut Bahlil, adalah pembangunan energi baru terbarukan lewat pembangkit listrik tenaga surya (solar cell) di desa-desa yang belum menikmati layanan listrik. Langkah ini menjadi bagian dari program Asta Cita yang digagas pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Dan kita akan memastikan arahan dari Presiden, untuk desa-desa itu segera kita harus pasang listriknya, sambung listriknya ke rumah, supaya ini adalah bagian daripada program Asta Cita,” ujarnya.
Secara nasional, target bauran energi baru terbarukan Indonesia dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 adalah sebesar 23 persen pada tahun 2025, 31 persen pada 2050, dan menuju netral karbon pada 2060. Namun realisasi masih tertinggal. Hingga awal 2025, Kementerian ESDM mencatat bauran EBT nasional baru mencapai 14,68 persen.
“Realisasi bauran EBT di dalam energi mix nasional itu sebesar 14,68% dan ini kalau dari target 23% memang masih ada gap untuk mencapai target itu,” ujar pejabat Kementerian ESDM dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Selasa (18/2/2025).
Melihat kesenjangan tersebut, pemerintah bersama DPR RI menyepakati penurunan target bauran energi baru terbarukan dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN). “Jadi target EBT di RPP KEN itu menjadi 20% di tahun 2025, dan 23% ini diperkirakan bisa tercapai di tahun 2030,” katanya.
Dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt. Sebanyak 76 persen atau sekitar 52,9 gigawatt di antaranya bersumber dari energi terbarukan dan sistem penyimpanan (storage).
Rincian bauran yang direncanakan meliputi tenaga surya sebesar 17,1 GW, tenaga hidro 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, nuklir 0,5 GW, dan storage 10,3 GW. Optimisme pemerintah dibutuhkan, tetapi juga harus dibarengi realisme kebijakan dan investasi konkret. Dari sisi regulasi, pendanaan, hingga infrastruktur, pekerjaan rumah menuju 100 persen energi hijau masih menumpuk. (*)