HeadlinePemkab Kukar

Rencana Besar di Desa Prangat Baru, Cikal Bakal Kopi Luwak ala Kukar

Desa Prangat Baru sebagai penghasil karet pelan-pelan menjelma jadi penghasil kopi luwak yang begitu masyhur. Bukan tak mungkin kelak jadi icon baru Kukar.

Marangkayu, intuisi.co—Menggeser peran batu bara sebagai penggerak utama perekonomian Kutai Kartanegara (Kukar) sepertinya bukan mimpi belaka. Nyatanya, kabupaten ini memang menyimpan banyak potensi. Salah satunya terdapat di Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu. Sudah beberapa tahun terakhir desa ini menghasilkan kopi luwak dengan rasanya yang sungguh nikmat.

Desa Prangat Baru memang telah lama dikenal dengan hasil perkebunannya. Namun yang selama ini paling dominan adalah hasil perkebunan karet. Tanaman lain yang dikembangkan ditempatkan di sela-sela pohon karet, karena perkebunan di sini menggunakan sistem tumpangsari, termasuk kebun kopi jenis liberika seluas 2 hektare yang dikembangkan Rindoni.

Oleh Rindoni kawasan tersebut ditanaminya biji kopi jenis liberika, termasuk jenis kopi langka di Indonesia. Meski begitu, Rindoni mengaku semula berkebun kopi hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Niatannya berubah ketika kebun kopinya kedatangan musang luwak beberapa tahun silam.

Antara musang tersebut dan kopi memang memiliki keterkaitan. Mamalia ini memakan hewan lain berukuran kecil seperti serangga hingga tikus. Meski begitu, yang paling digemarinya adalah buah-buahan seperti pepaya, pisang, termasuk kopi. Yang menjadikan spesies ini begitu unik adalah sistem penceranaanya yang singkat dan sederhana. Maka buah-buhan yang dikonsumsinya, bakal mengeluarkan biji-biji yang masih utuh. Karena itulah untuk urusan makanan, musang luwak hanya memilih buah yang benar-benar masak dengan mengandalkan indra penciumannya yang begitu kuat. Dan, karena musang luwak gemar mengonsumsi kopi, maka dalam kotorannya bakal menyisakan biji kopi yang masih utuh pula.

Sempat Tak Sadar Keistimewaan Kopi Luwak

Awalnya, Rindoni tak menyadari biji kopi dari kotoran tersebut adalah yang terbaik dan begitu bernilai di pasaran. Musang luwak di kebunnya itu semula hanya dimanfaatkan untuk menebar benih, membantu memperbanyak bibit kopi. Namun demikian, begitu ia menyadari biji kopi dari kotoran luwak bernilai dan memiliki rasa terbaik, Rindoni mulai rutin memungutnya yang banyak bertebaran di sekitar kebun.

“Kami melihat di media bahwa ternyata kopi luwak itu bagus dan harganya cukup fantastis. Akhirnya kami mulai. sedikit-sedikit kita mulai,” terang Rindoni kepada intuisi.co, awal November lalu.

Dua tahun sudah Rindoni mengembangkan kopi luwak dari 2 hektare kebun kopinya itu. Bersama warga sekitar, dibentuknya kelompok tani, diikuti perluasan kebun kopinya. Kopi dari kebunnya pun makin berkembang hingga daerahnya ikut disulap menjadi Kampung Kopi Luwak. Rencananya, di kampung ini bakal ditanami kebun kopi seluas 60 hektare.

“Kopi luwak di sini kami proses dengan cara yang bagus. Secara kesehatan juga kami jaga kebersihannya. Nah, dari orang-orang yang menikmati kopi ke sini, mereka cerita, setelah minum kopi di sini enggak bermasalah di lambung, enggak bermasalah di kepala. Justru mendapatkan efek yang positif,” ungkap Rindoni.

Siapa sangka, dari awalnya berniat berkebun kopi untuk kebutuhan sendiri, usaha Rindoni itu bahkan turut jadi berkah bagi warga setempat. Aktivitas perkebunan kopi itupun menjadi penyelamat warga yang sudah dua tahun terakhir tak produktif dengan kebun karetnya, lantaran kemarau yang tak jelas. Dari daerah penghasil karet, Desa Prangat Baru menjelma bukan hanya jadi Kampung Kopi Luwak, tapi juga Taman Liberika.

Infografis Kopi Luwak ala Kukar (tim kreatif intuisi.co)

Pengembangan Perkebunan Kopi

Kepala Desa Prangat Baru, Fitriati, mengatakan bahwa perkebunan kopi motor baru penggerak perekonomian desa, seiring hasil kebun karet yang tak lagi bisa disadap karena curah hujan. Sudah 34 orang tergabung dalam kelompok tani tersebut. “Mengingat kebun karet sudah enggak bisa produksi, insya Allah ini ke depannya bisa membantu perekonomian warga Desa Prangat Baru,” sebut Fitriati.

Perencanaan pengembangan kebun kopi di Desa Prangat Baru pun terus dilakukan. Perluasan kebun terus diwujudkan dengan mempersiapkan bibit kopi. Pemerintah turut berperan dengan melakukan pendampingan, termasuk meningkatkan pengetahuan warga seputar dunia kopi. Bantuan peralatan penanaman dan pengolahan kopi, hingga perencanaan kawasan taman liberika juga dalam proses pelaksanaan.

Bupati Kukar, Edi Damansyah, memastikan Pemkab Kukar turut membantu pengembangan kawasan tersebut sesuai perencanaan. Sehingga, Kampung Kopi Luwak tersebut bisa lebih luas dan berkembang.

“Ya, kami terus memfasilitasi supaya memang bisa menjadi besar, bersama masyarakat yang terlibat di sana,” sebut Edi Damansyah.

Edi pun begitu antusias dengan rencana pengembangan perkebunan kopi di Desa Prangat menjadi 60 hektare. Mantan sekretaris daerah (sekda) Kabupaten Kukar itu pun menyatakan harapan besarnya Kampung Kopi Luwak di Desa Prangat kelak bisa menjadi wajah baru bagi kabupaten ini. “Mimpinya bisa jadi icon. Artinya, mampu menghasilkan kopi luwak ala Kutai Kartanegara. Harapan saya seperti itu,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.