Usung Kue Keroncong, Teluk Dalam Menuju Kampung Wisata Kuliner
Pemerintah Desa Teluk Dalam, Tenggarong Seberang, Kukar, berencana membuat kampung wisata kuliner keroncong di kawasan gedung Putri Karang Melenu.
Tenggarong, intuisi.co—Desa Teluk Dalam di Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, memiliki makanan identitas yang khas dan lezat. Namanya kue keroncong, sejenis kue berbentuk bulat dengan rasa manis dan gurih. Kue ini ramai dijajakan di tepi jalan yang menghubungkan Samarinda dan Tenggarong, letaknya tak jauh dari Jembatan Kutai Kartanegara.
Kue keroncong terbuat dari tepung beras, gula merah, santan kelapa, dan garam. Bahan-bahan tersebut dicampur dan dimasak hingga mengental. Kemudian adonan dibentuk bulat-bulat dan dikukus hingga matang. Kue keroncong biasanya disajikan dengan taburan kelapa parut.
Kepala Desa Teluk Dalam Supian mengatakan, ada 30 pedagang kue keroncong yang berjualan di pinggir jalan kawasan desanya. Mereka sudah berjualan sejak puluhan tahun lalu dan menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian warga desa.
“Kue keroncong ini sudah menjadi ciri khas Desa Teluk Dalam. Banyak wisatawan yang singgah untuk membeli kue ini sebagai oleh-oleh,” kata Supian, Sabtu, 6 Mei 2023.
Menurut Supian, pemerintah desa pun telah merencanakan pusat kuliner keroncong di Tenggarong Seberang. Hal ini dimaksudkan agar kue keroncong makin eksis di pasaran dan menarik lebih banyak pengunjung. “Agar UMKM kue keroncong semakin menggeliat, kami ingin menata tempat sehingga bisa menjadi kampung wisata kuliner,” ujarnya.
Penataan tempat ini merupakan salah satu upaya pemerintah desa dalam meminimalisir kemacetan di kawasan Desa Teluk Dalam. Pasalnya, banyak pembeli yang berhenti di pinggir jalan untuk membeli kue keroncong sehingga mengganggu arus lalu lintas.
Pemerintah desa sudah berkordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kutai Kartanegara dan mengusulkan agar kuliner keroncong ditata di kawasan gedung Putri Karang Melenu (PKM), sebuah gedung serbaguna milik pemerintah kabupaten yang berada di dekat desa.
Sembari berjalan, Pemerintah Desa Teluk Dalam terus melakukan sosialisasi kepada seluruh pedagang kue keroncong untuk menyamakan warna rombong atau gerobaknya. Tujuannya adalah untuk menciptakan keseragaman dan keindahan visual bagi para pembeli.
“Kami melihat potensi perputaran ekonomi yang besar untuk kemajuan warga desa. Semoga dengan bantuan berbagai pihak, rencana ini segera terwujud,” ujar Supian.
Potensi ekonomi yang dimaksud Supian memang benar adanya. Penghasilan seorang pedagang keroncong, dapat dijadikan acuan. Rata-rata pedagang keroncong memperoleh Rp 70-100 ribu sehari. Jika ada 50 pedagang dengan pendapatan rata-rata seperti itu, perputaran uang hanya dari kue keroncong di Teluk Dalam menembus Rp 3,5 juta sehari. Setara Rp 105 juta sebulan. (*)