Sering Rusak, Kantor Museum Kayu Tenggarong Bakal Dibongkar
Kantor Museum Kayu di Tenggarong ini telah berdiri sejak 1994 dan telah beberapa kali mengalami kerusakan. Perbaikan pun kembali mengemuka.
Tenggarong, intuisi.co—Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Kartanegara atau Disdikbud Kukar, menyiapkan Rp150 juta untuk merenovasi kantor Museum Kayu di Tenggarong. Menurut Kepala Seksi Pembinaan Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Disdikbud Kukar, Aji Deri, Kantor Museum Kayu tersebut memang sangat membutuhkan perbaikan.
Pasalnya, fasilitas itu kini berusia 28 tahun dan telah mengalami kerusakan cukup serius di beberapa bagian bangunannya. Kerusakan disebabkan bangunan yang termasuk sudah tua.
“Kondisi kantor museum yang dibangun pada 1994 itu cukup memprihatinkan. Bagian atapnya mengalami kebocoran, plafonnya juga sudah rusak,” ujarnya, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Aji Deri menjelaskan, perbaikan tersebut menjadi rehabilitasi ketiga kantor sekretariat Museum Kayu di Tenggarong. Diungkapkannya, pada 2019 dilakukan perbaikan untuk atap yang bocor, selanjutnya pada 2021 dilakukan pembangunan jembatan ke arah museum dan perbaikan toilet.
Perbaikan tersebut dilakukan akhir tahun ini. Dalam perbaikan, kantor tersebut akan dibongkar ulang. Biaya ratusan juta rupiah yang akan digunakan bersumber dari APBD Perubahan 2022. Dana itu untuk pemindahan dan perbaikan total kantor sekretariat. Saat ini, kantor tersebut dimanfaatkan oleh 15 pegawai museum untuk mengurus administrasi, menyimpan arsip penting milik museum, termasuk menjadi perpustakaan bagi pengunjung.
“Kami rencanakan, perbaikannya dilakukan dalam waktu dekat ini sehingga bisa segera digunakan kembali,” ucapnya.
Sebagai informasi, Museum Kayu di Tenggarong memiliki nama lengkap Museum Tuah Himba. Fasilitas tersebut telah dibangun sejak 1990 dengan menggunakan kayu sebagai ornamen arsitekturnya.
Di museum ini ada beberapa koleksi jenis kayu, kerajinan budaya Suku Dayak, Kalimantan hingga beragam kerajinan Kutai. Museum ini dibangun untuk koleksi dan benda-benda kekayaan hutan Borneo yang dapat dikenalkan kepada turis domestik maupun turis asing. (*)