Rumah Garam Tunnel Desa Kersik, Sekali Panen Tembus 700 Kg
Ada Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar) pertama di Kabupaten Kukar resmi terbentuk di Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu
Tenggarong, intuisi.co- Ketua Kugar Kersik 2, Sigit Sarlan mengatakan memiliki tujuh rumah garam tunnel yang berfungsi untuk memproduksi garam krosok. Rumah garam tunnel yang dibangun menggunakan plastik dan pipa, dengan luas sekitar 15×4 per unit tunnel.
“Pembangunan rumah garam tunnel ini mulai bulan Desember 2023 dan atas bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar,” terang Sigit pada Ahad, 10 Maret 2024.
Satu rumah garam tunnel mampu menghasilkan 600-700 kilogram garam dalam sekali panen. Bahkan bisa ditingkatkan hingga 1 ton lebih dengan masa waktu pengolahan lebih lama. Sebab, hasil panen garam bisa diatur tergantung jumlah air yang dimasukkan ke rumah garam saat awal pembuatan. Untuk kuantitas panen, Kugar Kersik 2 sangat bergantung dengan cuaca.
“Bila cuaca tidak menentu dan intensitas hujan cukup tinggi, maka masa panen akan lebih lambat,” imbuhnya.
Sebaliknya, jika musim kemarau lebih panjang, maka panen bisa lebih cepat dilakukan. Tergantung cuaca (panen), jadi kita tidak bisa merata-rata. “Tapi secara dasar kalau memang dalam satu bulan itu full kemarau tidak ada hujan, bisa jadi sekitar 30-40 hari sudah jadi garam,” jelas Sigit.
Garam yang sudah dipanen akan menjadi garam krosok. Hanya saja, soal tempat penampung hasil panennya masih belum ada.
Sejauh ini, Sigit bersama teman-temannya saja masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di desanya. Garam krosok ini masih dijual eceran untuk warga sekitar yang digunakan untuk membuat ikan asin atau alternatif pengganti pupuk.
“Untuk harganya sendiri sekitar Rp3-5 ribu per kilogram. Kadang ada yang beli itu 300 kilogram, ada yang sempat beli sampai 500 kilogram,” ujarnya.
Sigit, lalu menilik balik ke saat awal memulai usaha ini. Modal awal untuk membangun usaha garam sekitar Rp150 juta. Menurut dia, usaha ini hanya memerlukan modal di awal saja, setelahnya hanya modal biaya listrik untuk pompa air saja.
Omzet per bulan memang tak menentu, karena tergantung pada cuaca. Jika cuaca sangat bersahabat, maka keuntungan sekali panen berada di angka Rp5-10 juta. Angka Rp5 juta ini diperkirakan bila cuaca benar-benar tidak mendukung.
“Sebetulnya garam ini bahan bakunya dari air laut, jadi bisa dibilang gratis dan unlimited. Kita akumulasi biaya produksi Rp1 juta,” tuturnya.
Melalui Kugar, Sigit bercita-cita kelompoknya dapat menjadi percontohan untuk pengolahan garam di Kalimantan. Sejauh ini memang belum ada yang memproduksi garam dan selama ini garam masih dipasok dari luar.
“Harapan saya Desa Kersik bisa jadi desa pertama dan bisa konsisten memproduksi garam. Kami juga berharap Kaltim ini bisa mandiri produksi garam,” harapnya. (adv)