BBGRM ke-XXI: Gotong Royong Kembali Menghidupkan Kembang Janggut
Di balik ketenangan Kembang Janggut, sebuah semangat kebersamaan membara saat desa kecil ini menjadi tuan rumah BBGRM ke-XXI Kukar.
Kembang Janggut, intuisi.co – Di bawah sinar fajar yang mulai menghangatkan Kecamatan Kembang Janggut, sebuah semangat baru mengalir di antara warganya. Desa yang biasanya tenang berubah menjadi pusat kegiatan yang dipenuhi oleh antusiasme dan semangat kebersamaan. Kembang Janggut, yang terletak jauh dari hiruk-pikuk kota, kini menjadi pusat perhatian Kabupaten Kutai Kartanegara. Sabtu, 11 Mei 2024, menjadi saksi Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-XXI, acara yang mengundang masyarakat dari seluruh penjuru kabupaten untuk berkumpul dan merayakan nilai-nilai kebersamaan yang telah lama menjadi identitas bangsa.
Tak hanya sekadar berkumpul, desa ini menjadi tempat di mana kehangatan dan keramahan masyarakatnya bersinar. Semua penginapan di Kembang Janggut penuh sesak dengan tamu-tamu dari berbagai daerah. Tawa dan cerita mengisi setiap sudut, membawa suasana hangat yang jarang ditemui di hari-hari biasa. Namun, bagi mereka yang tidak kebagian penginapan, masjid dan langgar menjadi tempat yang membuka pintunya lebar-lebar, menyambut dengan tulus. Di sini, gotong royong bukan hanya sekadar kata, melainkan aksi nyata yang dirasakan langsung oleh para tamu.
Di setiap sudut desa, getaran kegembiraan terasa nyata. Warga Kembang Janggut, dengan senyum dan tangan terbuka, menerima tamu-tamu yang datang. “Ini adalah momen kami untuk menunjukkan arti gotong royong yang sesungguhnya,” kata seorang warga dengan penuh kebanggaan. Bagi mereka, acara ini lebih dari sekadar seremonial; ini adalah kesempatan untuk memperlihatkan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Saat apel dimulai, lapangan yang biasanya sunyi kini dipenuhi oleh barisan rapi peserta. Bupati Kukar, Edi Damansyah, berdiri di tengah-tengah mereka, senyumnya menunjukkan rasa bangga yang mendalam terhadap antusiasme warga. Di bawah sejuknya pagi dan sinar matahari yang mulai meninggi, seluruh peserta mengikuti jalannya apel dengan penuh khidmat, menyerap setiap pesan yang disampaikan.
Namun, keistimewaan dari acara ini bukan hanya terletak pada seremonialnya, melainkan pada semangat kebersamaan yang terpancar di setiap sudut. Warga Kembang Janggut tidak hanya menyambut tamu dengan tangan terbuka, tetapi juga dengan hati yang hangat. Mereka menunjukkan bahwa gotong royong adalah bagian dari jati diri mereka, sebuah nilai yang telah terpatri dalam setiap tindakan.
Ketika apel usai dan siang mulai menjelang, para peserta yang bermalam di masjid dan langgar tidak merasa dirugikan sedikit pun. Sebaliknya, mereka pulang dengan kenangan yang indah tentang bagaimana sebuah komunitas kecil mampu menunjukkan keramahtamahan yang begitu tulus. Mereka membawa pulang cerita tentang Kembang Janggut, sebuah desa yang menjadi contoh bagi gotong royong dan persatuan.
Bagi Kembang Janggut, hari itu menjadi lebih dari sekadar momen; itu adalah bagian dari sejarah mereka, sebuah kisah yang akan terus diceritakan. Di tengah keterbatasan, mereka membuktikan bahwa gotong royong bukan hanya sebuah slogan, melainkan sebuah kenyataan yang menghidupi setiap aspek kehidupan mereka. Hari itu, Kembang Janggut menjadi tuan rumah yang sempurna, meninggalkan jejak inspirasi yang mendalam bagi seluruh peserta yang hadir. (adv)