PariwaraPemkab Kukar

HUT ke-41 Desa Kota Bangun III: Cenil Jadi Simbol Identitas dan Kebanggaan

Di balik manisnya cenil, Desa Kota Bangun III merayakan HUT ke-41, mengangkat kudapan tradisional ini sebagai simbol identitas dan penggerak ekonomi.

Kembang Janggut, intuisi.co – Di bawah langit biru yang cerah, Desa Kota Bangun III hidup dalam aroma singkong yang menyelimuti Gedung Serbaguna. Suara tawa dan irama musik tradisional menyambut setiap langkah kaki yang datang dari berbagai arah untuk ikut merayakan Hari Ulang Tahun Desa Kota Bangun III yang ke-41. Festival cenil yang sejak 2018 menjadi bagian dari tradisi desa ini kembali hadir dengan semarak yang lebih hangat.

Cenil, kudapan manis berbahan dasar singkong, bukan sekadar hidangan lezat bagi warga desa. Lebih dari itu, ia adalah simbol ketahanan, kreativitas, dan solidaritas yang terbangun di masa sulit transmigrasi. Ketika bahan pangan terbatas, singkong menjadi penolong, menciptakan berbagai olahan seperti getuk dan cenil, yang tak hanya mengisi perut, tetapi juga menyatukan hati dan semangat warga.

Di tengah keramaian, Bupati Kukar, Edi Damansyah, berdiri dengan tatapan bangga menyaksikan geliat festival ini. “Cenil ini bukan hanya soal rasa,” ucapnya dengan tegas namun lembut, “Ini tentang identitas dan warisan kita. Kami ingin melihat cenil dari Desa Kota Bangun III ini berkembang menjadi sebuah brand yang kuat, sehingga setiap kali orang berbicara tentang cenil, yang pertama teringat adalah desa kita.

Di halaman Kantor Desa, anak-anak berlarian dengan riang, sementara para ibu bekerja dengan cekatan, menyiapkan cenil dengan aneka topping berwarna-warni. Di setiap lipatan daun pisang yang membungkus cenil, ada rasa cinta yang tak terucap. Setiap gigitan cenil bukan sekadar memanjakan lidah, melainkan juga menghadirkan memori tentang sejarah panjang dan harapan masa depan.

Festival ini lebih dari sekadar perayaan tahunan; ia adalah cerminan bagaimana cenil mampu menjadi penggerak ekonomi desa. Dengan setiap cenil yang dijual, ada kisah yang disampaikan, ada roda ekonomi yang berputar, dan ada ikatan komunitas yang semakin kuat.

Ketika senja tiba dan lampu-lampu mulai dinyalakan, wajah-wajah yang lelah namun bahagia berseri di bawah cahaya hangat. Festival cenil mungkin akan berakhir malam ini, tetapi semangat dan warisan yang ditinggalkannya akan terus hidup, menginspirasi generasi mendatang untuk menjaga dan mencintai warisan Desa Kota Bangun III. (adv)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.