Festival Cenil: Warisan Kuliner Kota Bangun yang Menjadi Simbol Ketahanan
Di balik lezatnya cenil Desa Kota Bangun III, tersimpan cerita perjuangan warga yang menjadikannya simbol ketahanan dan kebanggaan lokal.
Kembang Janggut, intuisi.co – Aroma gula merah yang meleleh berpadu dengan harumnya parutan kelapa segar menyeruak di udara, menggoda setiap indera yang hadir. Di tengah semarak warna-warni cenil yang tersaji di atas nampan-nampan anyaman, tersimpan kisah panjang sejarah dan perjuangan masyarakat Desa Kota Bangun III.
Festival Cenil, yang digelar untuk memperingati HUT Desa Kota Bangun III ke-41, bukanlah sekadar perayaan kuliner biasa. Di balik kelezatannya, cenil menyimpan makna mendalam bagi warga desa. Jajanan tradisional berbahan dasar singkong ini menjadi simbol ketahanan dan kreativitas masyarakat di masa-masa sulit transmigrasi, ketika singkong menjadi penyelamat dari keterbatasan bahan pangan.
“Dulu, cenil adalah makanan sehari-hari,” kenang Ibu Siti, salah satu warga Kota Bangun. “Kami mengolah singkong menjadi berbagai macam hidangan, termasuk cenil. Rasanya sederhana, tapi mengenyangkan dan memberikan semangat untuk terus berjuang.”
Kini, cenil telah menjelma menjadi ikon kuliner Desa Kota Bangun III. Festival Cenil menjadi ajang untuk melestarikan warisan budaya sekaligus mempererat tali persaudaraan antarwarga. Berbagai kreasi cenil, mulai dari cenil tradisional hingga cenil dengan sentuhan modern, disajikan dengan penuh kebanggaan.
Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, yang turut hadir dalam festival ini, memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya masyarakat Desa Kota Bangun III dalam melestarikan dan mengembangkan potensi kuliner lokal. “Kami berharap cenil Desa Kota Bangun III ini dapat berkembang menjadi brand yang kuat, sehingga ketika orang berbicara tentang cenil, mereka akan langsung teringat pada desa kita,” ujarnya.
Lebih dari sekadar kuliner, cenil juga menjadi simbol perekat komunitas. Festival Cenil menjadi ajang silaturahmi, tempat warga berkumpul, berbagi cerita, dan memperkuat ikatan sosial. Semangat gotong royong yang terjalin dalam proses pembuatan cenil, mulai dari mengupas singkong hingga menyajikannya, menjadi bukti nyata kekuatan kebersamaan.
Di balik gemerlapnya festival, tersirat harapan besar untuk masa depan. Cenil bukan hanya sekadar jajanan, tapi juga potensi ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dukungan pemerintah dan semangat warga, cenil Kota Bangun siap menapaki babak baru, menjadi ikon kuliner yang mendunia. (adv)