Berpotensi Bentuk Klaster Baru, IDI Kaltim Minta Pilkada Ditunda
Dari kampanye hingga hari pencoblosan, berkumpulnya orang-orang pada perhelatan pilkada mendatang ,membuat risiko penularan covid-19 begitu besar.
Samarinda, intuisi.co – Pandemi covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Demikian juga Pilkada 2020 yang tak kelihatan bakal ditunda. Hal inipun bikin resah kalangan medis yang berjibaku menangani kasus-kasus virus corona.
Pelaksanaan pilkada serentak tahun ini jatuh pada 9 Desember 2020. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, ajang pesta demokrasi tersebut sebaiknya ditangguhkan. “Jika melihat dari sisi kesehatan, memang sebaiknya ditunda saja,” ujar Ketua IDI Kaltim, dr Nataniel Tandirogang, dikonfirmasi Kamis petang, 24 September 2020.
Kalangan medis begitu mengkhawatirkan, jika pilkada tetap diselenggarakan, memicu timbulnya kasus klaster-klaster baru. Lebih-lebih ketika memasuki periode kampanye yang lazimnya menghimpun orang banyak. “Makanya kami sarankan agar kampanye virtual saja,” lanjutnya.
Salah satu yang membuat pilkada begitu berisiko, adalah kasus positif tanpa gejala. Kasus begini, bisa dengan leluasa datang ke TPS karena terinfeksi covid-19 namun tak bergejala. Ketika pelaksanaannya pun tanpa disiplin protokol kesehatan, risiko penularan dan terbentuknya klaster pilkada, benar-benar terbuka lebar. “Memang dilematis. Kami harap KPU maupun Bawaslu bijak menyikapi persoalan ini. Jika memungkinkan, tak ada TPS di dalam ruangan, semuanya di lapangan terbuka,” pintanya.
IDI juga berharap KPU dan Bawaslu tegas kepada para calon kepala daerah maupun simpatisannya, untuk taat protokol kesehatan selama pelaksanaan pilkada. Misalnya dengan memberlakukan sanksi bagi yang tak serius menerapkan.
Hingga saat ini di Kaltim, jumlah kasus positif covid-19 telah mencapai 7.459 orang. Dengan 286 kasus di antaranya meninggal dunia. Sedangkan 2.148 orang masih dalam perawatan.
“Ingat, jangan sampai protokol kesehatan diabaikan kemudian menambah klaster baru lagi di Kaltim,” pungkasnya. (*)