PariwaraPemkot SamarindaSamarindaSorotan

Mengurangi Angka Stunting Samarinda, Sekda: Jadi Tugas Bersama

Persoalan stunting atau tubuh pendek masih dialami sebagian anak di Samarinda. Meski demikian, pemerintah tak hilang akal. Ragam antisipasi bakal dilakukan.

Samarinda, intuisi.co-Masalah stunting di Samarinda belum berkurang. Meski demikian pemkot terus berusaha untuk meminimalisasi persoalan tersebut.

Bagaimana tidak, stunting tidak hanya berdampak dengan kesehatan anak, tapi juga perkembangan tren produktivitas sumber daya manusia (SDM).

Sebab, anak sehat, cerdas dan produktif merupakan aset penting sebagai generasi penerus pembangunan. Inilah yang menjadi alasan, urusan stunting harus tuntas.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Samarinda, pada 2020 lalu angka stunting dialami sebanyak 1.402 balita. Rinciannya, kategori sangat pendek sebanyak 403 balita dan kategori pendek sebanyak 999 balita.

Sekretaris Daerah (Sekda) Samarinda, Hero Mardanus Satyawan menegaskan, stunting merupakan masalah bersama. Bukan hanya pemerintah. Pihak keluarga juga harus ambil peran dengan baik.

“Kami sudah mengumpulkan data mengenai stunting,” tegas Hero pada Kamis, 12 Mei 2022 di Balai Kota Samarinda.

Kata dia, data tersebut akan digunakan untuk mengawal keluarga berisiko stunting. Dengan demikian warga bisa diedukasi dan diberi pemahaman tentang bahaya stunting yang terjadi di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

“Saya mendukung penuh langkah-langkah startegis ini, dalam mewujudkan percepatan penurunan angka stunting,” katanya.

Cegah Dini Stunting di Samarinda dari Keluarga

Ia menjelaskan, pemkot melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Samarinda mempunyai target dan berkomitmen pada 2024 angkanya bisa turun hingga 11,96 persen. Mengingat pada 2019 angka stunting di Samarinda sempat mencapai angka 24 persen.

“Namun bila merujuk pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) batas maksimalnya tidak boleh di atas 20 persen,” ungkapnya.

Karenanya, ia berharap dengan pendekatan keluarga dan membentuk tim pendamping, setidaknya persoalan stunting bisa dikurangi. Termasuk keluarga yang mempunyai risiko melahirkan anak stunting.

“Tahun 2045 akan menjadi tahun emas bagi negara Indonesia. Maka dibutuhkan generasi emas yang sehat dan berkualitas,” tegasnya.

Hero menambahkan, generasi emas ini tak lain sumber daya manusia yang jauh dari stunting. Dengan demikian, persiapan peningkatan kualitas kesehatan sangat dibutuhkan sejak dini.

“Mari kita sama-sama mencegah dan mengurangi angka stunting,” pungkasnya. (*)

 

 

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.