Samarinda, intuisi.co – Pandemi covid-19 masih sangat memengaruhi daya beli masyarakat Kaltim. Ditandai angka deflasi tiga bulan terakhir yang tak kunjung meningkat. Dari deflasi 0,17 persen pada Agustus lalu, menjadi minus 0,40 persen sebelum kemudian. Oktober lalu, kembali minus 0,18 persen.
Meski tren covid-19 di Kaltim mulai didominasi kasus sembuh, persoalan daya beli masyarakat belum menunjukkan tanda-tanda pulih. Survei Bank Indonesia pada Oktober memberikan sinyalemen tersebut.
“Penurunan ini bersumber dari ekspektasi konsumen yang rendah akan ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang,” ujar Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono.
Hal tersebut juga terlihat dari sejumlah perusahaan atau usaha mikro kecil menengah atau UMKM yang lebih memilih tak membuka akses lapangan pekerjaan. Diperkuat penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang mencapai 73,17 poin, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Masih berada di zona pesimistis. Bahkan, ekspektasi konsumen pada periode mendatang juga demikian. “Semakin menurun dengan capaian sebesar 95,50 poin,” imbuhnya.
Sementara untuk deflasi Oktober 2020 berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat minus 0,51 persen. Keadaan serupa dialami kelompok transportasi dengan deflasi minus 0,30 persen. Kondisi ini disebabkan produksi sejumlah komoditas yang berlimpah di tengah daya beli konsumen yang masih terbatas. Kemudian berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras pun ikut alami deflasi minus 0,062 persen.
“Lantaran konsumsi masih rendah, pedagang menjual daging ayam ras dengan margin cukup tipis untuk memastikan stok tetap habis. Selain itu, pembelian partai besar yang umumnya dilakukan penyedia jasa catering, restoran hingga hotel juga belum tinggi,” tuturnya.
Kurangi Ketergantungan Pasokan Luar Daerah
Komoditas lain mengalami deflasi ialah tomat yang minus 0,017 persen lantaran pasokan meningkat. Meski begitu, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga di kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen. Kebijakan penerapan protokol kesehatan menjadi pemicu meningkatnya permintaan di sektor tersebut.
Untuk memastikan pasokan dan harga bagi masyarakat berada dalam rentang harga normal, Tim Pengendali Inflasi Daerah atau TPID Kaltim sudah berkoordinasi dengan produsen dengan sejumlah toko mitra petani. “Harapannya, upaya ini dapat mengurangi ketergantungan dengan pasokan luar daerah serta memberikan akses masyarakat terhadap produk dengan kualitas lebih baik dan segar,” tutupnya. (*)