Samarinda, intuisi.co – Anggota DPRD Kalimantan Timur, Abdul Giaz, menyoroti kelancaran pembangunan sistem drainase di Samarinda yang dianggap belum memberikan solusi efektif terhadap masalah banjir yang sering melanda kota ini.
Ia menilai buruknya perencanaan serta minimnya keterlibatan masyarakat menjadi faktor utama kegagalan sistem drainase yang berjalan saat ini.
Giaz mengkritik desain drainase yang tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Menurutnya, setiap proyek infrastruktur seharusnya melibatkan dialog dengan warga dan kajian teknis yang lebih mendalam sebelum pelaksanaan.
“Desain drainase yang ada terlihat tidak memperhatikan kondisi sesungguhnya di lapangan. Setiap proyek infrastruktur, seharusnya melibatkan diskusi dengan warga dan kajian teknis yang lebih mendalam sebelum dilaksanakan,” ujar Giaz, Minggu (18/5/2025).
Ia mencontohkan kawasan sekitar flyover Samarinda yang masih sering terendam genangan air, meskipun lokasinya dekat dengan polder Air Hitam yang seharusnya dapat membantu mengurangi genangan tersebut.
Hal ini menurutnya menjadi bukti bahwa ukuran saluran air yang dibangun tidak memadai untuk menampung volume air hujan yang besar.
“Jika di lokasi yang begitu dekat dengan polder saja masih banjir, jelas sistem drainase yang ada harus dievaluasi ulang. Ini adalah masalah yang perlu segera diatasi,” tambah Giaz.
Giaz mengusulkan agar saluran utama di kawasan perkotaan dibuat dengan dimensi yang lebih besar, minimal dua meter, guna mencegah penyumbatan aliran air dan memperlancar pembuangan air hujan.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya perencanaan matang dalam setiap proyek infrastruktur yang menyangkut kepentingan publik, seperti pemasangan box culvert, agar tidak menjadi proyek yang sia-sia.
“Perencanaan yang matang sangat penting agar setiap proyek tidak terbuang sia-sia. Proyek harus benar-benar bermanfaat bagi masyarakat jika dihitung dengan baik sejak awal,” tutupnya.
Secara umum, sistem drainase yang baik harus dirancang untuk mampu menampung dan mengalirkan air hujan dengan efisien sehingga mencegah terjadinya genangan dan banjir.
Sistem ini biasanya meliputi jaringan saluran terbuka dan tertutup yang terintegrasi dengan baik, serta pemanfaatan waduk dan polder sebagai area penampungan sementara saat curah hujan tinggi.
Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan saluran juga menjadi faktor penting agar sistem drainase tidak tersumbat oleh sampah dan sedimen.
Penerapan teknologi drainase ramah lingkungan, seperti bio-retensi dan sumur resapan, juga semakin banyak digunakan untuk membantu mengurangi limpasan air permukaan sekaligus menjaga kualitas air tanah.
Dengan sistem drainase yang terencana dan terawat dengan baik, kota seperti Samarinda dapat meminimalisir risiko banjir, menjaga kenyamanan warga, serta meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. (adv/rfh/ara)