Baharuddin Demu Dorong Petambak Mulai Gunakan Metode Silvofishery
Anggota Komisi III DRPD Kaltim, Baharuddin Demu, menyebut metode silvofishery menjadi pola ideal untuk menjaga kelangsungan tambak dan lingkungan.
Muara Badak, intuisi.co-Pentingnya mangrove di Delta Mahakam mulai disadari warga setempat. Termasuk bagi usaha budi daya masyarakat, pola budi daya ramah lingkungan pun kian jadi pilihan. Dikenal dengan silvofishery. Metode silvofishery menekankan paradigma budi daya ikan bekelanjutan.
Dengan pola ini, budi daya dimulai dengan membuat saluran air yang mengelilingi tambak dengan tumbuhan mangrove ditanam di tengahnya. Ada pula yang berupa tambak dibuat selang-seling dengan lahan mangrove. Dengan pola itu pun, terjadi keterpaduan antara tumbuhan (silvo) dengan hewan (fishery). Kombinasi itu juga yang membuat metode tersebut dikenal dengan nama silfovishery.
“Sudah beberapa orang betul-betul melaksanakan metode ini di Delta Mahakam dan bisa merasakan dampaknya,” terang Ahmad Nuriyawan, ketua Yayasan Mangrove Lestari, setelah Deklarasi Kesepakatan Pelestarian Ekosistem Bentang Lahan Delta Mahakam di Muara Badak, Kukar, Senin, 26 Juli 2021.
Angga, sapaan akrabnya, menyebut penerapan silfovishery tak bisa begitu saja diikuti pembudi daya lain. Apalagi hal ini juga menyangkut perubahan perilaku. “Dan itu sangat berat, sehingga butuh proses panjang,” lanjutnya.
Pola pendekatan melalui edukasi pun dilakukan terhadap pembudi daya setempat. Deklarasi pada Senin itu pun diikuti Rencana Aksi Bersama Tingkat Bentang Lahan. Yang salah satu misinya, memberi kesadaran pentingnya mangrove untuk usaha perikanan yang dijalankan.
Mangrove secara alami mampu menyerap polutan, juga sebagai filterisasi perairan. Praktis kehadirannya mereduksi polutan di perairan dan menambah kesuburan perairan selama dijalankan dengan manajemen tepat dalam hal tata letak.
“Dengan ini kami berharap bisa mewujudkan pembangunan hijau berkelanjutan. Pembangunan yang mendukung kehidupan generasi sekarang dan akan datang, tanpa membahayakan sistem lingkungan yang memengaruhi semua kehidupan,” urainya.
Tanggapan Baharuddin Demu
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Baharuddin Demu, menyebut sudah ada beberapa contoh usaha tambak yang dijalankan dengan metode ramah lingkungan, pelan-pelan justru berhasil memperbaiki penghasilan. “Ini yang menjadi tugas bersama, pemerintah, perusahaan juga, terutama kepada para nelayan tambak, pembudi daya, supaya hal sangat diharapkan begini bisa menyeluruh,” terang Demu.
Demu berharap edukasi bisa dijalankan pelan-pelan kepada masyarakat. Terutama bagi warga yang masih menjalankan pola konvensional, untuk bisa dirangkul perlahan. “Melarang itu tidak boleh. Bukan solusi. Tapi, harus dengan mengajak yang sudah ada untuk bersama memelihara mangrove,” pungkasnya. (*)