BPBD Kaltim: Manusia Penyebab Karhutla, Perlu Sinergi dan Sosialisasi
BPBD Kaltim mengajak semua pihak untuk bersinergi dan bersosialisasi dalam mencegah dan menangani karhutla.
Samarinda, intuisi.co – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia menjadi masalah yang tak kunjung usai. Setiap tahunnya, api menghanguskan ribuan hektar lahan, merusak ekosistem, dan mengancam kesehatan masyarakat. Siapa yang harus bertanggung jawab atas bencana ini?
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kaltim Agus Tianur, faktor manusia menjadi penyebab utama karhutla di Indonesia. Ia menyebutkan beberapa hal yang melatarbelakangi perilaku membakar lahan, seperti kelalaian, kesenjangan, konflik, dan kecemburuan sosial.
“Ada yang membakar lahan karena ingin membuka lahan baru dengan cara yang murah dan mudah. Ada juga yang membakar lahan karena ada konflik dengan pemilik lahan atau pihak lain. Ada juga yang membakar lahan karena iri dengan tetangga yang berhasil panen,” ungkap Agus.
Agus menambahkan bahwa faktor alam, seperti cuaca kering dan angin kencang, hanya memperparah kondisi karhutla yang sudah ada. Ia mengatakan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla harus melibatkan semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta.
“Kami dari BPBD Kaltim tidak bisa bekerja sendiri. Kami membutuhkan kerja sama dan sinergi dari semua pihak. Kami juga berharap agar masyarakat lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan. Jangan sampai ada yang sengaja atau tidak sengaja menimbulkan api di lahan,” tegas Agus.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan melakukan sosialisasi dan edukasi secara terus-menerus. Perencana Mitigasi dan Adaptasi BPBD Kaltim Ivan Ramdhany mengatakan bahwa hal ini menjadi tantangan tersendiri, mengingat pola hidup dan budaya masyarakat yang sudah terbentuk.
“Kami mengimbau kepada pemerintah kabupaten/kota untuk lebih aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Mereka lebih tahu kondisi dan karakteristik masyarakat di wilayahnya. Kami dari provinsi hanya berperan sebagai pembina dan pengawas,” ujar Ivan.
Ivan juga menyarankan agar BPBD kabupaten/kota memanfaatkan komunitas berbasis masyarakat sebagai mitra dalam penanggulangan karhutla. Ia berpendapat bahwa dengan adanya komunitas ini, masyarakat akan lebih mudah diajak berdialog dan diberikan pemahaman tentang dampak dan cara mengatasi karhutla.
“Komunitas berbasis masyarakat ini bisa berupa kelompok tani, kelompok pemuda, kelompok ibu-ibu, atau kelompok lain yang ada di masyarakat. Mereka bisa menjadi agen perubahan yang membantu kami dalam mencegah dan menangani karhutla,” tutur Ivan.
Ivan berharap bahwa dengan adanya upaya-upaya ini, karhutla di Indonesia bisa diminimalisir, bahkan dihilangkan. Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga lingkungan dan menghargai alam.
“Karhutla bukan hanya merugikan kita, tapi juga generasi mendatang. Mari kita jaga hutan dan lahan kita agar tetap hijau dan lestari. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena telah merusak alam yang telah memberi kita banyak manfaat,” pungkas Ivan. (BPBDKaltim/Adv/Tya)