Bupati Edi Damansyah Tunjukkan Dukungan pada Budaya Lokal di Festival Cenil
Di tengah gelak tawa dan tepuk tangan, Bupati Edi Damansyah tampil memukau dengan menari bersama warga dalam Festival Cenil di Kota Bangun III.
Kembang Janggut, intuisi.co – Gedung Serbaguna Desa Kota Bangun III bergetar oleh gemuruh gelak tawa dan tepuk tangan yang bergema. Hari itu, bukan sekadar perayaan biasa yang digelar di sana—ada sesuatu yang lebih dalam, lebih mengesankan. Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, berada di tengah panggung, bukan dengan pidato formal, tetapi dengan tarian yang memukau, bersama anak-anak Sanggar Seni Turonggo Setyo Budoyo Dusun Bejo.
Tarian yang dimainkan bukan sekadar gerakan, tetapi Tari Ganowok—sebuah warisan budaya yang sarat akan makna gotong royong masyarakat agraris. Sabtu, 11 Mei 2024, Bupati Edi menari dengan luwes, kakinya melangkah dengan irama yang selaras, tangan menghentak dengan kekuatan, dan wajahnya mengekspresikan keceriaan yang memancar. Setiap gerakan tampak hidup, seolah beliau bukan hanya menari, tetapi meresapi setiap makna di balik Tari Ganowok itu sendiri.
“Sangat penting untuk melestarikan Tari Ganowok ini. Nilai-nilai kebersamaan dan kerja keras yang terkandung di dalamnya sejalan dengan apa yang kita coba capai di Kutai Kartanegara,” kata Bupati Edi sambil menghapus butiran keringat dari dahinya yang berkeringat, namun tetap dengan senyum yang tidak luntur.
Penampilan Bupati Edi ini bukan hanya sebuah tarian biasa. Itu adalah momen puncak dari Festival Cenil, sebuah acara yang digelar untuk memperingati HUT Desa Kota Bangun III ke-41. Ribuan mata terpaku pada panggung, menyaksikan bagaimana seorang pemimpin daerah begitu menyatu dengan rakyatnya, tidak ada jarak, hanya rasa kebersamaan yang kuat.
Festival Cenil lebih dari sekadar perayaan tahunan. Ini adalah momen yang penuh makna, di mana masyarakat berkumpul untuk merayakan dan memperkenalkan budaya lokal. Cenil, makanan tradisional yang manis dan kenyal, menjadi simbol utama, tetapi Tari Ganowok yang menjadi jiwa dari festival ini. Tarian ini bukan hanya hiburan, tetapi sebuah pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya yang kaya dari Kutai Kartanegara.
Kehadiran Bupati Edi di Festival Cenil tidak berhenti pada formalitas. Beliau benar-benar hadir, menyatu dalam semangat masyarakat, merasakan denyut nadi mereka. Ini adalah bukti nyata dari komitmennya untuk melestarikan dan mendukung budaya daerah. “Saya berharap Festival Cenil ini terus menjadi wadah bagi kreativitas masyarakat dan mempererat persaudaraan kita. Mari kita jaga bersama warisan budaya yang kita miliki,” pesannya, sebelum meninggalkan panggung dengan gemuruh tepuk tangan yang seolah enggan berhenti.
Di balik senyuman dan langkahnya, ada pesan yang kuat—bahwa budaya adalah jantung dari masyarakat, dan sebagai pemimpin, Edi Damansyah memastikan denyut jantung itu tetap hidup dan berdetak kencang di Kutai Kartanegara. (adv)