Samarinda, intuisi.co— Crystal Palace mencatatkan sejarah baru dengan meraih trofi Piala FA pertama mereka setelah menundukkan Manchester City dengan skor 1-0 di Stadion Wembley. Gol semata wayang dalam laga final ini dicetak oleh Eberechi Eze pada menit ke-16, yang menjadi penentu kemenangan tim asuhan Oliver Glasner.
Sejak peluit awal dibunyikan, Manchester City langsung mengambil inisiatif serangan dengan penguasaan bola yang dominan. Kevin De Bruyne dan Phil Foden menjadi motor serangan di lini tengah, sementara Erling Haaland dan Omar Marmoush berulang kali mencoba menembus pertahanan Palace yang dikomandoi Marc Guehi.
Namun, serangan demi serangan Manchester City gagal menembus tembok kokoh Crystal Palace. Pada menit ke-16, justru Crystal Palace yang berhasil mencuri gol. Berawal dari skema serangan balik cepat, Daniel Muñoz menerima umpan panjang dari lini belakang dan berhasil melewati Nathan Aké sebelum melepaskan umpan silang mendatar.
Eberechi Eze yang berdiri bebas di area kotak penalti langsung menyambutnya dengan tendangan voli yang tak mampu dijangkau Ederson. Skor berubah 1-0 untuk keunggulan Palace. Setelah kebobolan, Manchester City semakin meningkatkan intensitas serangan. Mereka nyaris menyamakan kedudukan pada menit ke-28 melalui tendangan bebas De Bruyne, namun kiper Crystal Palace, Dean Henderson, melakukan penyelamatan gemilang.
Babak kedua berjalan lebih agresif. Manchester City semakin mendominasi, tetapi rapatnya pertahanan Crystal Palace membuat mereka frustrasi. Pada menit ke-66, Citizen mendapat peluang emas ketika Omar Marmoush dijatuhkan di dalam kotak penalti. Namun, eksekusi penalti Marmoush berhasil digagalkan oleh Dean Henderson yang tampil luar biasa.
Menjelang akhir pertandingan, terjadi insiden kontroversial antara Pep Guardiola dan Dean Henderson. Guardiola terlihat mendekati Henderson usai pertandingan, tampak melontarkan protes terkait dugaan pemborosan waktu oleh kiper Palace tersebut. Henderson tampak merespons dengan tenang, namun situasi sempat memanas sebelum akhirnya dipisahkan oleh ofisial pertandingan.

Alasan Crystal Palace Mampu Pecundangi City
Meskipun mendominasi dengan 78 persen penguasaan bola dan 23 percobaan tembakan, Manchester City gagal mencetak gol. Haaland terlihat kesulitan menembus pertahanan Palace yang bermain disiplin dan kompak.
Di sisi lain, Guardiola membuat perubahan drastis pada susunan pemain, hanya mempertahankan tiga pemain di posisi yang sama dari laga sebelumnya. Hal ini tampaknya berdampak pada kurangnya konektivitas antar pemain.
Henderson menjadi pahlawan Palace dengan melakukan setidaknya lima penyelamatan krusial, termasuk menggagalkan penalti Marmoush. Aksinya membuat frustrasi lini depan Manchester City sepanjang pertandingan.
Kekalahan ini menjadi penutup musim yang mengecewakan bagi Manchester City, yang gagal meraih trofi untuk pertama kalinya sejak 2016-17. Sementara itu, bagi Palace, kemenangan ini menjadi momentum besar dalam sejarah klub, sekaligus mempertegas posisi mereka sebagai tim yang semakin diperhitungkan di sepak bola Inggris.
Dengan kemenangan bersejarah ini, Oliver Glasner memuji anak asuhnya yang bermain disiplin dan penuh determinasi. “Ini bukan sekadar kemenangan bagi klub, tetapi bagi seluruh suporter yang selalu percaya bahwa momen seperti ini akan datang,” ujar Glasner dalam wawancara pasca-pertandingan.
Momen Langka Crystal Palace
Kemenangan Piala FA 2025 ini menjadi trofi besar pertama bagi Palace sejak klub tersebut didirikan pada tahun 1905. Sebelum pencapaian bersejarah ini, Palace sempat mencapai final Piala FA pada tahun 1990 dan 2016, namun gagal meraih gelar juara.
Piala FA 2025 pun menjadi simbol transformasi klub yang kini semakin diperhitungkan di sepak bola Inggris.Sementara itu, Manchester City memiliki sejarah yang jauh lebih gemilang dalam satu dekade terakhir. Di bawah asuhan Pep Guardiola sejak 2016, City telah meraih banyak trofi, termasuk:
-5 Gelar Liga Premier (2018, 2019, 2021, 2022, 2024)
-2 Piala FA (2019, 2023)
-4 Piala Liga (2018, 2020, 2021, 2023)
-1 Liga Champions (2022)
Dengan sederet trofi tersebut, kekalahan di final Piala FA 2025 menjadi penanda berakhirnya dominasi City dalam satu musim yang penuh kekecewaan. Ini juga menjadi momen langka di mana City gagal meraih trofi utama sejak musim 2016-17. (*)