Balikpapan, intuisi.co-Semut bukan hanya serangga mungil pengganggu di meja makan. Semut adalah arsitek, petani, penjaga, dan pekerja yang tak pernah malas. Penelitian demi penelitian membuktikan bahwa hewan kecil ini menyimpan banyak kehebatan yang jauh melebihi ukurannya.
Bayangkan saja makhluk kecil dengan otak sepersekian milimeter, tapi mampu bertani, mengingat lokasi makanan selama bertahun-tahun, bahkan rela meledakkan diri demi menyelamatkan koloninya. Itu bukan cerita fiksi—itu kisah nyata tentang semut.
Semut Ada di Mana-Mana
Setiap hari, kita bertemu dengan semut—di rumah, sekolah, taman, atau bahkan di sela-sela trotoar. Mereka seakan selalu ada, dan ternyata itu bukan ilusi. Dalam sebuah jurnal ilmiah berjudul The First Late Cretaceous Ants (Hymenoptera: Formicidae) from Southern Africa, with Comments on the Origin of the Myrmicinae (2000), peneliti Dlussky GM dan rekan-rekannya menyebutkan bahwa semut tersebar di seluruh dunia, kecuali kawasan kutub.
Jumlah spesiesnya pun fantastis: diperkirakan ada lebih dari 15.000 spesies semut dengan bentuk dan ukuran yang beragam. Ukurannya umumnya berkisar 2 hingga 25 milimeter, dan warnanya bisa kuning, cokelat, merah, hingga hitam. Bahkan jenis Carpenter ant, salah satu yang terbesar, bisa mencapai panjang 2 sentimeter.

Bekerja Keras Tanpa Lelah
Serangga kecil ini terkenal sebagai hewan yang rajin. Mereka tak kenal waktu dalam bekerja mencari makan, membangun sarang, dan menjaga koloninya. Saat satu semut menemukan sumber makanan, ia akan meninggalkan feromon—senyawa kimia yang menghasilkan aroma khas dan menjadi penanda jalur bagi semut lainnya. Itulah mengapa semut sering terlihat berjalan beriringan dalam satu barisan rapi.
Bukan hanya tentang kerja keras, semut juga menunjukkan ingatan luar biasa. Profesor Deborah M. Gordon dari Stanford University, Amerika Serikat, dalam bukunya Ant Encounters: Interaction Networks and Colony Behavior (2010), menjelaskan bahwa koloni semut merah dari Gurun Sahara mampu mengingat lokasi sumber makanan, seperti pohon, bahkan setelah bertahun-tahun. Yang lebih menakjubkan, ingatan ini diturunkan secara turun-temurun ke generasi berikutnya.
Semut Lebih Dulu Menanam dari Manusia
Jika manusia baru mengenal pertanian sekitar 10 ribu tahun lalu, semut telah melakukannya sejak tiga juta tahun yang lalu. Di Kepulauan Fiji, ditemukan spesies semut bernama Philidris nagasau yang diketahui menanam benih tanaman buah squamellaria.
Penelitian dari Guillaume Chomicki dan timnya di Universitas Munich, Jerman, berjudul Farming by ants remodels nutrient uptake in epiphytes (2019), menunjukkan bahwa setiap koloni semut menanam puluhan benih squamellaria di lokasi berdekatan, dan tanaman itu tumbuh di atas sarang mereka. Tanaman ini nantinya menjadi sumber makanan utama bagi semut.
Perilaku semut petani ini ternyata tidak hanya ditemukan di Fiji. Di Australia, Simon Robson dari James Cook University juga menemukan kebiasaan serupa pada semut lokal yang menanam squamellaria. Karena letak geografis Australia dan Fiji cukup dekat (sekitar 4.635 km), kemungkinan besar perilaku ini terbentuk karena adaptasi yang sama.
Menariknya, perilaku “bercocok tanam” juga ditemukan di tempat yang sangat jauh: Florida, Amerika Serikat. Di sana, semut Pogonomyrmex badius diketahui menanam dan memanen benih yang mereka kumpulkan hingga berkecambah. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa kemampuan bertani bukan hanya dimiliki oleh satu spesies semut saja, tapi menjadi bagian dari kecerdasan sosial semut secara umum.

Bisa Meledakkan Diri Demi Koloni
Kecerdasan semut tidak hanya dalam bertani dan navigasi. Dalam hal pertahanan diri, semut juga memiliki taktik ekstrem. Salah satu yang paling mencengangkan adalah kemampuan meledakkan diri saat terancam.
Spesies Colobopsis explodens, yang dijuluki Yellow Goo, punya mekanisme pertahanan unik: ketika diserang, semut pekerja kecil ini akan meledakkan tubuhnya, menyemprotkan cairan lengket dan beracun ke arah musuh. Ledakan ini berfungsi melindungi koloni dengan cara menghalangi atau melumpuhkan penyusup.
Perilaku ekstrem ini pertama kali tercatat pada 1916, dan dipelajari lebih lanjut oleh tim peneliti seperti Alexey Kopchinskiy dari Universitas Teknologi Wina dan Alice Laciny dari Museum Sejarah Alam Wina pada 2014. Menariknya, kemampuan meledak ini hanya dimiliki oleh kasta pekerja kecil, bukan semua anggota koloni.
Ada Kekuatan Super dalam Ukuran Mini
Semut mungkin kecil, tapi jangan remehkan kekuatannya. Mereka mampu mengangkat beban hingga 50 kali berat tubuhnya sendiri. Kemampuan ini berasal dari struktur tubuh mereka yang sangat efisien dan kuat, terutama pada bagian rahang dan leher.
Dari segi neurologi, semut juga luar biasa. Meskipun otaknya hanya seukuran butir pasir, otak semut terdiri dari sekitar 250.000 sel otak. Ini membuat semut menjadi salah satu serangga paling cerdas di dunia.
Semut Itu Kecil, Tapi Hebat
Dengan segala keistimewaan ini—dari kecerdasannya dalam menghafal dan bertani, kekuatannya yang tak sebanding dengan ukurannya, hingga loyalitas tinggi terhadap koloni—semut membuktikan bahwa kehebatan tidak selalu ditentukan oleh ukuran.
Semut adalah bukti nyata bahwa kerja sama, kecerdikan, dan ketekunan dapat menciptakan sistem sosial yang luar biasa. Jadi, lain kali saat kamu melihat kawanan semut berbaris di dinding atau membawa remah makanan, ingatlah: kamu sedang menyaksikan salah satu makhluk paling luar biasa di muka Bumi. (*)
Senarai referensi;