Samarinda, intuisi.co – Kota Samarinda kembali mengalami banjir besar awal pekan ini, memicu sorotan keras dari DPRD Kalimantan Timur terkait lemahnya pengelolaan lingkungan dan tata ruang kota.
Anggota DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi, menegaskan bahwa peristiwa ini bukan hanya akibat hujan deras semata, melainkan juga merupakan dampak dari kerusakan lingkungan yang terus berlanjut dan kurangnya perencanaan yang matang.
“Hujan deras memang jadi pemicu, tapi akar masalahnya adalah kerusakan lingkungan yang dibiarkan tanpa penanganan serius,” ujarnya, menanggapi banjir yang melanda beberapa titik di Samarinda pada Sabtu (17/5/2025).
Salah satu wilayah yang terdampak paling parah adalah Loa Janan Ilir, dengan puluhan rumah warga masih terendam air hingga hari ini. Jalan utama seperti HAM Rifadin juga lumpuh total selama beberapa hari akibat banjir dan kemacetan parah.
Darlis menyebutkan bahwa banjir ini bukan insiden yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari pola bencana yang berulang. Dia menyoroti aktivitas pertambangan di kawasan hulu dan buruknya sistem drainase sebagai penyebab utama yang tidak kunjung diperbaiki.
“Jika pemerintah hanya bereaksi saat banjir datang tanpa membenahi penyebabnya, maka bencana serupa akan terus terjadi. Ini bukan musibah alam biasa, tapi kelalaian dalam pengelolaan lingkungan dan perencanaan kota,” tegasnya.
Sebagai ibu kota provinsi, Samarinda seharusnya menjadi contoh dalam penanganan risiko bencana dan tata kelola kota yang berkelanjutan. Darlis mengusulkan sejumlah langkah strategis, seperti pembangunan sistem drainase terpadu, rehabilitasi daerah resapan air, serta pembatasan ketat izin pertambangan di wilayah rawan.
“Pendekatan parsial tidak akan efektif. Kita butuh strategi menyeluruh yang menggabungkan penataan ruang, pengendalian pertambangan, dan pembangunan infrastruktur mitigasi banjir,” ujarnya.
Di tengah kondisi darurat, Darlis juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap warga yang masih terdampak. Meskipun tim BPBD sudah turun ke lapangan, banyak keluarga masih mengandalkan bantuan darurat dan belum mendapatkan kepastian kapan banjir akan surut dan aktivitas normal kembali.
Ia mengingatkan bahwa tanpa adanya komitmen politik kuat dan tindakan nyata dari pemerintah, banjir akan terus menjadi ancaman serius bagi masyarakat Samarinda.
“Warga tidak butuh janji-janji kosong, tapi perlindungan nyata dan solusi jangka panjang,” tutup Darlis. (adv/rfh/ara)



