Samarinda, intuisi.co–Di Sumatera, harimau (Neofelis diardi diardi) adalah raja hutan. Namun, di Kalimantan tahta itu dipegang macan dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis). Dia menjadi predator puncak dari kelompok kucing terbesar di belantara Kalimantan karena tidak ada harimau.
Bagi macan dahan kalimantan, ukuran tidaklah penting. Meski tubuhnya tidak sebesar harimau atau macan tutul jawa, namun dia menyandang nama yang semua spesies tak terkecuali manusia, harus mempertimbangkan kehadirannya, macan!
Dengan badannya tidak sebesar kerabatnya itu, dia justru punya kemampuan istimewa yang harus diperhitungkan siapapun, yang coba mengganggunya. Macan dahan beradaptasi secara baik di hutan hujan tropis. Dia dibekali kecakapan tambahan untuk mendeteksi ancaman dan mencari makan dari atas pohon.
Macan dahan kalimantan bersama macan dahan sumatera adalah subspesies dari macan dahan sunda. Sebelumnya, diketahui hanya ada satu spesies macam dahan yaitu macan dahan daratan utama (Neofelis nebulosa).
Dibanding rata-rata anjing kampung, sebenarnya ukuran macan dahan hanya sedikit lebih besar. Macan dahan kalimantan panjang badannya 69-108 sentimeter (cm), dengan panjang ekor 61-91 cm. Bandingkan dengan harimau sumatera yang bisa mencapai panjang sekitar 244 cm dari kepala hingga ekor, atau macan tutul jawa yang memiliki panjang sekitar 914-1.920 cm sementara ekornya sekitar 579-1.097 cm.
Badannya tergolong ramping, kaki depan pendek sementara kaki belakang sedikit lebih panjang. Kepalanya kecil sementara ekornya panjang. Dengan postur seperti itu, macan dahan amat mudah berpindah dari satu dahan ke dahan lain, laksana tupai.
Telapak kaki lebar, memberi kemampuan bergelayut pada sebatang dahan dengan badan di bawah sembari menangkap mangsa. Sementara ekornya yang panjang memberi keseimbangan sempurna. Macan dahan sunda bulunya lebih abu-abu atau lebih gelap, dengan corak lebih kecil dibanding kerabatnya di daratan utama.
Pola bulu khusus seperti awan ini yang mengilhami namanya dalam bahasa Inggris sebagai Clouded Leopard. Selain itu, dibanding macan dahan sumatera, bulu macan dahan kalimantan lebih gelap lagi. Di samping pola awan yang menjadi ciri khasnya membantu penyamaran, ekor macam dahan juga panjang, sekitar 76-88 persen dari panjang tubuhnya.
Keistimewaan lain, gigi taringnya sangat panjang jika dibandingkan ukuran tengkoraknya. Sebagai karnivora rantai atas, macan dahan makan berbagai spesies darat. Mereka juga memangsa satwa yang hidup di pepohonan. Makanan mereka adalah landak, muncak, rusa sambar, kancil, musang, hingga burung. Mereka juga makan bekantan, monyet ekor panjang, dan siamang.
Keberadaan macan dahan di alam, bisa menjadi penanda bahwa rantai makanan di bawahnya masih dalam kondisi bagus. Macan dahan bergantung pada tegakan pohon. Ia adalah spesies arboreal dan pemburu ulung di darat, bisa hidup di kawasan penebangan, hutan bakau, dan rawa gambut. Macan dahan juga tidak takut air, dan ikan menjadi salah satu menu makannya.
Hilangnya Habitat Karena Deforestasi
Namun belakangan diketahui, macan dahan sunda berbeda dengan macan dahan daratan utama baik morfologi, maupun secara genetik. Kendati begitu, kiwari ini kelestariannya kian terancam. “Diperkirakan di seluruh wilayah jelajah terdapat 4.500 individu dewasa dengan 3.800 ekor bertahan hidup di Kalimantan dan 730 ekor di Sumatera,” dalam keterangan yang dibuat Kelompok Spesialis Kucing IUCN seperti dilansir dari Mongabay.co.id.
Angka itu berdasarkan penelitian yang dikerjakan pada 2006. Di Jawa, fosil macan dahan pernah ditemukan. Namun, diperkirakan telah punah sejak era Holosen.Dalam catatan mereka, ancaman utama bagi macan dahan adalah hilangnya habitat akibat deforestasi.
Berikutnya adalah perdagangan ilegal, dan mereka masih dianggap hama karena menyerang ternak. Kurangnya pengetahuan mengenai spesies ini telah menghambat upaya-upaya konservasi yang efektif. Di sisi lain, sebuah penelitian juga menemukan pembangunan jalan yang membelah Kalimantan dari Indonesia hingga Brunei (Pan Borneo), pemindahan ibu kota, dan jalan trans Sumatera akan semakin memecah habitat macan dahan, bahkan di dalam kawasan lindung.
“Macan dahan berfungsi sebagai spesies model yang berguna untuk mengembangkan prediksi konektivitas, guna mengukur dampak pembangunan infrastruktur,” kata Zaneta Kaszta, penulis utama penelitian itu.
Mereka menyoroti dampak pembangunan atas konektivitas bagi karnivora puncak di Kalimantan dan Sumatera. Penelitian mereka di muat di jurnal Science of The Total Environment, 2024. Di Kalimantan, kawasan inti untuk macan dahan meliputi 34 persen wilayah. Sementara untuk Sumatera sebesar 13 persen.
Temuan mereka menyebutkan, di Kalimantan, jalan Pan Borneo menyumbang hampir sepertiga total kehilangan konektivitas. Pembangunan ibu kota baru sendiri menyebabkan hilangnya konektivitas yang terbesar, dengan dampak terkuat dialami Kalimantan Timur.
Sebagai raja hutan Kalimantan, kekuasaan macan dahan kalimantan sebenarnya nyaris tanpa gangguan. Kecuali dari manusia yang ingin melebarkan kuasa, seperti terjadinya deforestasi yang dapat dipicu dari perluasan lahan pertanian, penebangan, kebakaran hutan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur besar-besaran.
Macan dahan adalah satwa teritorial, dengan luas jelajah sekitar 45 km persegi. Deforestasi terbukti membuat habitat inti macan dahan terfragmentasi, sementara habitat yang sudah terpisah semakin kecil bahkan hilang. Kombinasi deforestasi hutan, merusak konektivitas hutan di habitat macan dahan.
Para peneliti menyarankan perbaikan langkah mitigasi. Misalnya, membuat penyeberangan satwa liar dan menghindari pembangunan di lahan habitat ekosistem sensitif. Mereka juga menyerukan perbaikan strategi pembangunan yang secara serius mempertimbangkan keberlanjutan. (*)