Sorotan

Hampir 10 Bulan Pandemi, Kaltim Masih Berkutat Perbedaan Data

Hampir 10 bulan pandemi covid-19 namun pendataan kasus antara kabupaten/kota dan provinsi di Kaltim masih kerap terdapat perbedaan.

Samarinda, intuisi.co – Penanganan pandemi covid-19 di Kaltim tengah dalam sorotan. Kasus terus menanjak. Rekor harian terus pecah. Sedangkan antara Satgas Penanganan Covid-19 di level provinsi dan kabupaten/kota, masih belum selaras. Pelaporan belum disiplin. Perbedaan pun kerap terjadi.

“Kami sudah menganalisis hal tesebut,” sebut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kaltim, Andi Muhammad Ishak, dikonfirmasi Jumat sore, 15 Januari 2021.

Andi pun mencontohkan laporan kasus dalam sepekan terakhir, 11-15 Januari 2021, data Kaltim di pusat selalu telat sehari. Laman covid19.go.id hanya menampilkan update terakhir per 14 Januari 2021 dengan akumulasi kasus di Kaltim masih 31.990 kasus. Padahal, per Jumat ini total kasus 32.588 kasus.

Tak selarasnya pendataan juga terjadi di level provinsi ke darah. Jumlah kasus aktif di Samarinda misalnya, pada 14 Januari 2021 terdata 656 di provinsi, sementara data Satgas Penanganan Covid-19 Samarinda masih 543. Padahal, jumlah akumulasi kasus tak berbeda, selalu cocok. Seperti pada 15 Januari 2021 ini sama-sama 7.571 kasus.

Menurut Andi, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi perbedaan tersebut. Namun yang paling dominan disebabkan daerah yang lambat melapor. “Hal sama berlaku, jika data daerah lebih banyak dan tak sama dengan data provinsi, besar kemungkinan daerah semakin aktif mengidentifikasi kasusnya namun laporan lambat masuk,” urainya.

Pentingnya Akurasi Data di Tengah Pandemi

Selain selisih angka akumulasi kasus positif, data kasus aktif juga memiliki persoalan yang sama. Bahkan pernah didapati kasus kematian yang tak dilaporkan ke provinsi. Padahal harusnya data antara kabupaten/kota dan provinsi saling sinergi. Sehingga dalam pelaporan ke Satgas Penanganan Covid-19 Pusat juga tak ada perbedaan.

“Biasanya tunggu kami tanya baru diberikan. Makanya jika ada pasien yang dirawat lama sekali, kami curiga. Jangan-jangan sudah tak ada lagi namun laporannya masih dalam perawatan,” ungkap Andi.

Perbedaan data memang terlihat sepele. Namun sebenarnya persoalan tersebut sangat serius. Sewajarnya antara pusat dan daerah bekerja sama dengan baik. Selisih dan perbedaan semakin membuat warga dirugikan. Mengingat data-data itulah dasar publik menyikapi kondisi kasus terkini.

“Harus sama-sama aktif melaporkan. Utamanya daerah (kabupaten/kota) ke provinsi. Jangan hanya satu bagian yang aktif, semua harus terlibat,” pungkasnya. (*)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by intuisi.co (@intuisimedia)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.