Harga Makanan dan Rokok Turun, Kaltim Alami Deflasi 0,40 Persen
Penurunan harga selain kebutuhan non-pokok, juga dialami komoditas makanan, minuman, dan tembakau karena musim panen yang membuat pasokan melimpah.
Samarinda, intuisi.co – Deflasi kembali terjadi di Kaltim pada September ini. Dengan besaran mencapai 0,40 persen. Dipicu turunnya harga dan sejumlah komoditas. Mulai pakaian, alas kaki, makanan, minuman, hingga tembakau.
“Kaltim tercatat mengalami deflasi lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm) sebesar 0,17 persen,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono,
lewat pers yang diterima intuisi.co pada Rabu pagi, 7 Oktober 2020.
Berdasarkan pemicunya, penurunan terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 bersumber dari indeks kelompok pengeluaran. Yakni pakaian dan alas kaki sebesar 1.46 persen. Adapula kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga alami deflasi 1,26 persen (mtm).
“Deflasi kelompok pakaian dan alas kaki merupakan dampak dari warga yang masih membatasi konsumsi non kebutuhan pokok,” terangnya.
Hal ini juga tampak dalam Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2020 lalu. Tercatat
sebanyak 82,17 atau turun dari sebelumnya 90,25 poin. Indeks Penjualan Riil (Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia) juga mencatat kontraksi 0,4 persen (mtm).
Selain deflasi di kelompok pakaian dan alas kaki, komoditas makanan, minuman, dan tembakau juga mengalami penurunan harga. Disebabkan musim panen yang memicu kelebihan pasokan di masyarakat.
Berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras mengalami penurunan harga dari rata-rata Rp28,5 ribu menjadi Rp27,7 ribu. Tak jauh berbeda dengan nilai bawang merah yang turun dari Rp30,3 ribu per kilogram jadi Rp29,9 ribu.
“Pembelian dalam jumlah besar yang umumnya dilakukan penyedia jasa catering, restoran, hotel juga belum meningkat,” terangnya.
Masih Batas Wajar
Deflasi di Kaltim pada September 2020 dianggap masih dalam batas wajar. Sehingga inflasi masih terkendali. Meski demikian, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltim tetap bersiap dengan skenario buruk jika lonjakan kebutuhan terjadi tiba-tiba yang umumnya diikuti kenaikan harga dan berujung inflasi.
TPID Kaltim memastikan pasokan dan harga bagi masyarakat dalam rentang harga normal. Siap berkoordinasi menghubungkan produsen Iangsung dengan sejumlah toko mitra petani. “Upaya ini dapat mengurangi ketergantungan dengan pasokan luar serta memberikan akses masyarakat terhadap produk berkualitas lebih baik dan segar,” pungkasnya. (*)