Sorotan

Insiden Longsor di Perumahan Erlisa, Tragedi yang Sudah Terprediksi Lima Tahun Lalu

Sapta dan Alfiad menyadari jurang di belakang rumahnya berpotensi terjadi longsor. Tembok besar dibangun untuk mencegah. Tapi alam terlalu kuat.

Samarinda, intuisi.co – Cuaca buruk di Samarinda akhir-akhir ini, kembali memicu bencana. Tragedi tanah longsor, terjadi di Jalan Kadrie Oening, Kelurahan Air Putih, Kecamatan Samarinda Ulu. Persisnya pada Senin siang, 10 Februari 2020 di Perumahan Erlisa. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun dua kepala keluarga dan tujuh jiwa harus mengungsi.

Tragedi longsor di kawasan tersebut, sebenarnya telah menunjukkan tanda-tanda beberapa waktu sebelum kejadian. “Sebenarnya mulainya dari pagi, tapi cuma retak-retak di belakang rumah,” ucap Sapta Nova, 42 tahun, salah satu pemilik rumah yang terkena longsor.

Baca juga:  Tambang Batu Bara Ilegal di Marangkayu dan Lempake Tak Bisa Ditindak

Lebih lanjut, Sapta menerangkan bahwa sebelum teras belakang rumahnya runtuh, muncul retak di beberapa bagian. Lama-lama makin banyak dan membesar. Istri Sapta yang melihat kali pertama tembok di belakang rumahnya bergerak menuju jurang diikuti suara gemuruh.

“Dari pukul 6 pagi saya lihat retakan. Puncaknya saat siang. Pelan-pelan tanahnya bergerak hingga runtuh semua,” tutur Sapta. Bapak satu anak itu menduga, longsor terjadi dipicu hujan deras Samarinda pada Minggu malam, 9 Februari 2020 malam.

Pemilik rumah lainnya, Alfiat Nugraha, 41 tahun, memberi kesaksian serupa. Laporan teras belakang rumahnya ambles dia ketahui dari istrinya Pukul 12.00 Wita. Sebelumnya ia memang sudah tahu tembok belakang rumahnya retak tapi tak menyangka bakal longsor. “Kami langsung lapor pak RT dan lurah biar ditangani,” imbuhnya.

Alfiat dan Sapta baru lima tahun menempati kawasan perumahan tersebut. Saat pembangunan rumah, keduanya menyadari bahaya jurang di belakang rumahnya. Itu sebab tembok besar dibangun untuk membendung kemungkinan longsor. Manusia bisa berencana, tapi alam punya kehendak sendiri. Beruntung, istri dan dua anaknya terhindar dari bencana. “Rencananya kami akan mengungsi ke rumah keluarga,” imbuhnya.

Lurah Air Putih, Abdul Haris, telah dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Samarinda terkait longsor tersebut. Ia berharap persoalan tersebut bisa cepat ditangani. Jika berlarut-larut, bahaya akan terus mengancam. Total dua KK dan 7 jiwa terdampak bencana tersebut. “Kami sudah meminta mereka mengungsi,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.