Samarinda, intuisi.co — Band asal Samarinda, Jendela dan Pena akhirnya meluncurkan album baru setelah tujuh tahun mencari inspirasi karya. Namanya Metamorfosa. Album penuh perdananya akan dirilis pada 6 Juni 2025 sejak merilis EP Alinea Pertama.
Dengan mengusung genre pop ballads yang melodius dan syahdu, Metamorfosa berisi sembilan lagu bertema reflektif. Mulai dari “Metamorfosa”, “Di Sebelahmu”, “Alam Memeluk Kita”, hingga “Bunga Bakung & Seorang Pria”. Tembang-tembangnya kental dengan iringan biola dan gitar akustik, serta lirik puitis yang menjadi ciri khas grup ini.
Rudini Kusuma, vokalis Jendela dan Pena, mengatakan album ini lahir dari pengalaman personal para personel yang dikemas menjadi narasi universal. Album ini adalah perjalanan personal kami. Kami mencoba menarasikan berbagai fase kehidupan—dari kegamangan, kehilangan, penerimaan, sampai keberanian untuk terus berjalan.
“Setiap lagunya lahir dari pengalaman yang sangat manusiawi, yang saya yakin juga dirasakan banyak orang,” kata Rudini dalam rilis yang diterima intuisi.co pada Rabu (4/6/2025).
Nama Metamorfosa menandai titik balik Jendela dan Pena sebagai musisi. Pemilihan namanya bukan tanpa alasan. Mereka merasa album ini benar-benar menunjukkan perubahan sebagai individu maupun sebagai musisi. Dulu mereka menulis lagu dengan cara yang spontan, lebih emosional.
“Sekarang kami lebih reflektif, lebih sadar akan pesan yang ingin kami sampaikan. Dalam prosesnya, kami belajar bersabar, belajar mendengar, dan belajar menerima bahwa karya terbaik lahir dari perjalanan panjang,” ujarnya.
Album ini dikerjakan selama kurang lebih dua tahun, di sela-sela kesibukan para personel sebagai kepala keluarga. Rudini bersama dua rekannya, Nata (gitar akustik) dan Dako Chandra (biola), menggarap seluruh proses kreatif secara mandiri.
“Kami bertiga mengerjakan semuanya secara mandiri. Tanpa label, tanpa produser besar. Hanya ada semangat, waktu yang dicicil di sela-sela pekerjaan dan keluarga, dan keinginan besar untuk tetap berkarya. Itu sebabnya album ini terasa sangat personal. Ini bukan hanya tentang musik kami, tapi tentang hidup kami juga,” tutur Rudini.
Tidak hanya soal romansa antarmanusia, beberapa lagu dalam Metamorfosa juga berbicara tentang relasi manusia dan alam. Tema ini menguatkan identitas band yang sejak awal menekankan puisi dan kesyahduan sebagai fondasi musikalnya.
Profil Singkat Jendela dan Pena
Ada banyak cara bagi sebuah karya seni menemukan jalannya menuju hati pendengar. Bagi Jendela dan Pena, perjalanan itu dimulai dari panggung teater—tempat di mana mereka pertama kali “terjebak” dalam dunia seni yang kaya akan sastra dan musik.
Jendala dan Pena ini bukanlah sekadar kumpulan musisi biasa. Rudini (vokal), Nata (gitar akustik), dan Dako Chandra (biola) adalah tiga sahabat lama yang awalnya hanyalah penata musik di setiap pertunjukan teater yang mereka geluti. Namun, tanpa disadari, teater menjadi pintu menuju dunia baru: musik.
Berangkat dari kecintaan mereka terhadap sastra, lahirlah ide untuk menyulap puisi menjadi lagu. Dengan sentuhan khas yang menggabungkan gitar akustik, biola, dan vokal penuh ekspresi, mereka pun menemukan identitas musikalnya—Pop Ballads yang syahdu dan penuh makna.
Resmi terbentuk pada tahun 2016, Jendela dan Pena sejak itu menjelajahi berbagai panggung musik, dari event lokal di Kalimantan Timur hingga ajang nasional. Sejak debutnya, band ini terus berupaya menghadirkan musik yang bukan hanya enak didengar, tetapi juga mengandung pesan mendalam.
Album mini mereka, Alinea Pertama (2018), memperkenalkan enam lagu yang kaya akan nuansa emosional, seperti Serpihan, Senyum yang Ku Rindu, dan Naung Hutan Hujan. Setelahnya, mereka merilis beberapa single, seperti Tentang Esok (2020), Reda (2023), hingga Perihal Pulang (2023), yang semakin memperkuat karakter musikal mereka.
Kini, setelah tujuh tahun berkarya, Jendela dan Pena akhirnya meluncurkan album penuh pertama mereka, Metamorfosa (2025), yang terdiri dari sembilan lagu yang membawa pendengar dalam perjalanan reflektif tentang kehidupan dan harapan. Bagi Jendela dan Pena, musik bukan sekadar hiburan—ia adalah ruang eksplorasi, tempat mereka bermetamorfosa sebagai individu dan kelompok.
Kini, perjalanan mereka dapat dinikmati lebih luas. Semua lagu Jendela dan Pena telah tersedia di berbagai platform digital, siap menemani siapa saja yang ingin larut dalam harmoni musik dan makna yang mereka bawa.
YouTube: Jendela dan Pena
Instagram: @jendeladanpena
Spotify: Jendela dan Pena